Jumat 13 Oct 2017 13:05 WIB

Pengungsi Gunung Agung Terima Pelatihan Wirausaha

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Pengungsi Gunung Agung menerima pelatihan wirausaha di Posko GOR Kompyang Sudjana, Denpasar Barat, Jumat (13/10)
Foto: Mutia Ramadhani/Republiia
Pengungsi Gunung Agung menerima pelatihan wirausaha di Posko GOR Kompyang Sudjana, Denpasar Barat, Jumat (13/10)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengungsi Gunung Agung di Posko Induk Gedung Olah Raga (GOR) Kompyang Sudjana, Denpasar Barat menerima sejumlah pelatihan wirausaha. Sebagian dari mereka bahkan berhasil memasarkan hasil kerajinan tangannya untuk tambahan penghasilan.

Pelatihan yang diberikan adalah membuat hasil kerajinan berbahan dasar kulit kerang untuk lampu hias, kerajinan bunga serta bokor dari bahan daur ulang, pembuatan dupa, serta tas berbahan dasar plastik bekas. Pemerintah Kota Denpasar dan mitra mendatangkan langsung seluruh alat untuk memfasilitasi pelatihan dan produksi langsung di pengungsian.

Ni Putu Damayanti (20 tahun) adalah warga Desa Selat, Karangasem yang berhasil memasarkan tas daur ulang buatan tangannya. Dia mengaku perdana mendapat pelatihan tersebut, dan sangat antusias karena bisa menghasilkan uang meski berada di pengungsian.

Damayanti dan dua orang rekannya sudah memasarkan tujuh buah tas yang masing-masingnya di jual dengan harga Rp 50 ribu. Perempuan yang sebelumnya berprofesi sebagai karyawan salon ini kini sedang mengerjakan lima pesanan tas baru berbahan dasar plastik bungkus kopi. "Jika nanti saya pulang, saya bisa membuat tas ini lagi dan menjualnya," kata Damayanti dijumpai Republika.co.id, Jumat (13/10).

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kota Denpasar, Made Erwin Suryadharma mengatakan pelatihan ini satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk pengungsi. Pemerintah Kota Denpasar bersinergi dengan empat pengelola UMKM di ibu kota Provinsi Bali tersebut. "Pelatihan ini juga supaya warga pengungsi tidak jenuh. Hasil karya mereka juga bisa dipasarkan kembali oleh UMKM mitra," kata Suryadharma.

UMKM yang menjadi mitra juga bisa mempekerjakan pengungsi yang sudah menguasai pelatihan wirausaha yang dijalaninya. Sekretaris Posko Induk Kompyang Sudjana, Kadek Partawiguna mengatakan UMKM tersebut memberi kesempatan bagi pengungsi yang ingin bekerja harian. "Jika ingin bekerja dan jika mau, warga pengungsi dijemput pagi untuk bekerja dan sorenya kembali ke pengungsian," kata Partawiguna.

Pemilik UMKM Dupa Ayurveda, I Made Dwija Nurjaya mengatakan perusahaannya menerima maksimal 100 orang pengungsi untuk ikut bekerja di pabrik dupa selama masa pengungsian. Warga pengungsi harus tetap produktif mengisi waktu luang. "Pengungsi yang benar serius membuat dupa bisa bekerja di pabrik kami dengan sistem pagi sore," katanya.

Posko Induk Kompyang Sudjana sementara dihuni 37 kepala keluarga (KK) pengungsi atau sekitar 132 jiwa. Mereka terdiri dari 16 orang anak usia 0-5 tahun, 37 orang anak, 69 orang dewasa, dan 10 lansia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement