Jumat 06 Oct 2017 20:24 WIB

Masyarakat Diminta tidak Nekat ke Kawah Gunung Agung

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nur Aini
Gunung Agung, Bali.
Foto: ABC News
Gunung Agung, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan agar masyarakat tetap tidak nekat naik ke kawah Gunung Agung, yang saat ini masi berstatus 'Awas'. Hal ini terkait masih ada saja, aksi nekat menerobos larangan zona berbahaya di Gunung Agung.

Jika sebelumnya masyarakat lokal yang menerobos zona larangan hingga ke puncak kawah kemudian mengunggah di media sosial. Kali ini adalah warga negara asing melalui akun Facebook "Karl Kaddouri". Ia mengunggah video yang memperlihatkan kondisi kawah Gunung Agung. Video diunggah pada Jumat (6/10) dan menjadi viral di sosial media. "Ini jelas pelanggaran," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya.

Meski sudah tahu berbahaya dan dilarang memasuki zona berbahaya dari Gunung Agung, apalagi sampai ke puncak kawah, namun semua itu dilanggar. Menurutnya, hal itu sangat berbahaya karena dapat tiba-tiba terjadi letusan. "Berbahaya bagi orang tersebut maupun bagi tim SAR jika terjadi letusan dan diketahui ada yang menjadi korban di puncak kawah," ungkapnya.

Dari video kawah Gunung Agung, memang kondisinya sudah ada rekahan dan asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah. Menurut Sutopo keluarnya asap mengindikasikan adanya pemanasan ke permukaan. Ketebalannya asap menandakan bahwa proses degassing lebih intensif. Asap berwarna putih mengindikasikan adanya dominasi air (yang dipanaskan).

Suara seperti pesawat mengindikasikan tekanan yang tinggi. Air yang keluar ke kawah lewat lapangan solfatara mengindikasikan adanya gangguan hidrologis di bawah Gunung Agung akibat naiknya magma mendekati permukaan. "Artinya sangat berbahaya di dekat kawah Gunung Agung," ujarnya.

Sebelumnya, ada masyarakat yang nekat ke kawah Gunung Agung meski sudah dilarang. Mereka menggunakan logika spiritual. Selain itu juga ingin mendoakan agar gunung tidak meletus. Sayang, aksi itu disebarluaskan ke media sosial, sehingga menimbulkan keresahan masyarakat.

Sutopo mengatakan kenekatan sebagian masyarakat menerobos ke puncak gunung meski berbahaya, juga ada di gunung lain. Pada 2007 saat Gunung Kelud status Awas, tokoh masyarakat setempat nekat masuk ke zona berbahaya dan membawa sesaji melakukan ritual. Hal yang sama di Gunung Sinabung. Ia mengungkapkan ada warga yang menerobos ke zona berbahaya karena akan melakukan ziarah leluhurnya. Begitu juga ada yang nekat untuk melihat gunung dari dekat dan mendokumentasikan. "Tiba-tiba terjadi letusan disertai awan panas sehingga menyebabkan 17 orang meninggal dunia pada 11/2/2014," ungkapnya.

Sutopo mengingatkan bahayanya panas letusan gunungapi ini. Jka terjadi letusan, suhu lava pijar yang keluar dari kawah sekitar 700 - 1.200 derajat celsius. Begitu juga awan panas dengan kecepatan sekitar 200 - 300 kilometer per jam dengan temperatur mencapai 600 - 800 derajat celsius. "Ini sangat mematikan bagi orang yang ada di dekatnya," ujarnya.

Karena itu ia berharap masyarakat mematuhi aturan, dilarang memasuki zona berbahaya di Gunung Agung. Secara visual kelihatannya aman karena tanda-tanda letusan belum tampak. Namun di dalam gunung masih bergolak. Dorongan magma ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi terekam dalam instrumentasi yang dipasang oleh PVMBG. "Janganlah mengambil gambar dan video lalu disebarluaskan ke media sosial. Tindakan ini membuat bingung dan resah masyarakat. Tak ada manfaatnya dengan mengunggah ke media sosial," kata Sutopo.

Agar hal ini tidak terulang, BNPB meminta aparat memperketat penjagaan di zona berbahaya. Walaupun tidak mungkin semua wilayah di sekeliling Gunung Agung dijaga aparat sepanjang hari. Maka ia berharap ada kerja sama semua pihak. "Sekali lagi, jangan menerobos zona berbahaya yaitu di radius 9 km dari puncak kawah dan 12 km di sektor utara - timur laut dan tenggara - selatan - barat daya dari puncak kawah Gunung Agung. Biarlah Gunung Agung punya gawe. Yang penting kita semua selamat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement