REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai, saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi globalisasi. Karenanya, sudah bukan waktunya lagi ada kotak-kotak antar suku, etnis maupun golongan, dan yang ada dalam benak semua orang seharusnya bagaimana membangun kejayaan Indonesia.
"Sudah waktunya Nusantara menuai kebesarannya seperti yang pernah dibangun pendiri-pendiri kita raja-raja terdahulu," kata Sultan saat peresmian nama ruas-ruas jalan arteri Yogyakarta, Selasa (3/10).
Ia mengingatkan, kebesaran kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Indonesia dulu benar-benar jadi magnet dunia. Seperti Kerajaan Sriwijaya pada abad ketujuh, Kerajaan Majapahit pada abad 14, dan sekarang pada abad 21 saat semua kerajaan itu bersatu, seharusnya dapat pula mengembalikan kejayaan yang ada.
Untuk itu, rekoniliasi menatap masa depan merupakan langkah yang sangat penting, mengingat Indonesia berada dalam posisi yang paling strategis, terutama untuk ekspor dan impor. Ia melihat, globalisasi yang terjadi di dunia semakin membuat Indonesia menjadi strategis.
"Makanya, visi DI Yogyakarta memanfaatkan samudera Hindia jadi pintu gerbang masa depan, bagaimana bangsa ini menatap masa depan, bagaimana masyarakat milenia yang akan menikmati masa depan punya daya saing," ujar Sultan.
Kita, lanjut Sultan, jangan terus dicekoki kejadian lalu yang tidak pernah terselesaikan, sampai hanya sibuk membicarakan pro dan kontra terhadap suatu masalah. Ia berpendapat, seharusnya Indonesia membangun kebersamaan, tidak lagi berbicara mengatasnamakan dirinya sendiri.
"Kenapa kita bicara aku sedang orang lain kamu, sedangkan aku dan kamu bagian satu bangsa yang perlu diperlakukan sama," kata Sultan.
Maka itu, ia berharap, semua elemen bangsa bisa mawas diri agar tidak lagi ada prasangka terhadap orang lain. Terlebih kepada para pemimpin yang tentu bisa jadi benih-benih pembeda di antara sesama bangsa Indonesia, yang seharusnya sudah mampu menuai kejayaannya.