REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA -- Gubernur Bali Made Mangku Pastika menginstruksikan para aparat desa di kawasan pos pengungsian untuk mendata tempat-tempat strategis di daerahnya. Tujuannya untuk proses pemindahan pengungsi terkait siaga darurat Gunung Agung ke tempat yang lebih layak. "Pengungsi akan lebih layak apabila tinggal di balai banjar (balai dusun), wantilan, ataupun GOR dibanding harus tinggal di tenda-tenda," kata Pastika saat mengunjungi sejumlah pos pengungsian di desa-desa, di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Sabtu (30/9.
Menurut dia, dengan pengungsi dipindahkan ke tempat-tempat tersebut, selain kesehatannya lebih terjamin, juga memudahkan dalam distribusi logistik dan pelayanan kesehatan serta pengelolaan dapur umum secara mandiri. "Sekarang sudah bisa memikirkan jangka panjang. Berapa di situ punya balai banjar, balai serbaguna, GOR kalau ada, termasuk wantilan pura. Yang dalam tenda berangsur-angsur kita pindahkan ke gedung biar lebih nyaman, lebih sehat, lebih gampang dan biarkan mereka masak masing-masing, kita tinggal drop bahan-bahannya," ujarnya.
Untuk memudahkan distribusi bantuan, aparat di masing-masing desa lokasi posko pengungsi juga diminta membuatkan kartu identitas pengungsi. Kartu identitas ini berisi informasi nama, alamat, dan nama keluarga yang menjadi tanggungannya. Hal ini merupakan langkah antisipasi dalam penyaluran bantuan agar tepat sasaran, termasuk untuk mengambil logistik, maupun pelayanan kesehatan.
Pastika menambahkan, jumlah pengungsi yang mencapai 144 ribu jiwa lebih atau dua kali lipat lebih dari hasil pemetaan penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang dilakukan BNPB, hal ini dikarenakan masyarakat panik pasca ditetapkannya Gunung Agung dalam status Awas. "Warga yang berada di kawasan aman ikut mengungsi padahal seharusnya tidak mengungsi. Untuk itu, kembali saya mengingatkan hanya warga pada 27 desa yang masuk KRB saja yang harus mengungsi, dan mengimbau agar warga di 51 desa aman untuk kembali ke asalnya," ucapnya.
Pastika juga mengunjungi warga yang mengungsi di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Lokasi pengungsian ini merupakan hutan jati yang jauh dari pemukiman. Sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama masalah kesehatan, pendidikan anak, akses air, dan sanitasi.
Terdapat sebanyak 68 orang memiliki keyakinan untuk bertahan mengungsi di hutan jati tersebut. Padahal akses ke lokasi sangat terpencil, tidak layak menjadi tempat pengungsian. Untuk itu Pastika menghimbau agar warga tersebut bisa pindah ke tempat yang lebih layak atau ke posko pengungsian yang telah ditetapkan. "Ini masalah kepercayaan. Bali ini memang tidak gampang, tidak sekadar memindahkan manusia, dia punya kepercayaan dan saya menghargai itu. Tetapi tolong pikirkan anak-anak ini, jangan biarkan anak-anak ini menderita begini. Sudah dikasi tempat yang lebih baik, bawa pretimanya (benda sakral) ke sana," ucapnya.
Menanggapi himbauan tersebut, Ketut Piji, salah satu penglingsir, mengatakan akan menuruti nasihat Gubernur Pastika. "Mudah-mudahan masyarakat mau pindah karena sudah dicarikan tempat yang aman seperti kata Bapak Gubernur tadi. Malu saya sama masyarakat," kata Ketut Piji. Dalam kesempatan itu, Pastika mengunungi Posko Banjar Tembok, Posko Desa Sambirenteng, Posko Desa Les dan Desa Bukti Kabupaten Buleleng.