Senin 25 Mar 2024 15:59 WIB

Jelang Kemarau, Masyarakat Denpasar Diimbau Tampung Air Sisa Musim Hujan

Musim kemarau di Bali diperkirakan terjadi pada Maret-Juni 2024.

Musim kemarau (ilustrasi). menganjurkan masyarakat dan instansi terkait lainnya di Bali untuk mengoptimalisasi penampungan air.
Foto: Republika/Prayogi
Musim kemarau (ilustrasi). menganjurkan masyarakat dan instansi terkait lainnya di Bali untuk mengoptimalisasi penampungan air.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menganjurkan masyarakat dan instansi terkait lainnya di Bali untuk mengoptimalisasi penampungan air. Hal ini dinilai penting dilakukan guna menghadapi musim kemarau di Bali.

“Mengoptimalkan penampungan air sisa musim hujan untuk memenuhi danau, waduk, embung, dan tempat penyimpanan air lainnya,” kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Bali Aminudin Al Roniri di Denpasar, Senin (25/3/2024).

Baca Juga

Selain menampung air, ia mengajak masyarakat dan petani agar menggunakan air dengan hemat untuk menekan risiko penurunan hasil panen pada lahan sawah. Selama musim peralihan dari hujan ke kemarau atau musim pancaroba, BMKG meminta masyarakat mewaspadai potensi angin kencang, hujan deras dalam waktu singkat, serta puting beliung, yang diperkirakan pada Maret-Mei 2024.

Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali meminta masyarakat antisipasi musim kemarau antara lain denganbudi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, mewaspadai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan semak dengan tidak melakukan pembakaran tanpa pengawasan. Selain itu hemat penggunaan air serta memperbarui informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG.

Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin menambahkan selama 2023 total bencana karhutla mencapai 107 kejadian yang banyak terjadi saat musim kemarau. Ia merinci karhutla paling banyak terjadi di Kabupaten Buleleng sebanyak 35 kasus, Kabupaten Karangasem sebanyak 26 kasus, dan Kabupaten Bali sebanyak 22 kasus.

Selanjutnya di Kota Denpasar sebanyak delapan kasus, Kabupaten Badung delapan kasus, kemudian Kabupaten Klungkung dan Jembrana masing-masing tiga kasus, serta Kabupaten Gianyar dan Tabanan masing-masing satu kasus. Selain itu selama 2023, ada 41 bencana kekeringan yang ditangani, dengan terbanyak di Kabupaten Jembrana sebanyak 23 kasus, Kabupaten Buleleng ada 16 kasus, kemudian Kabupaten Bangli dan Karangasem masing-masing satu kasus.

Berdasarkan analisis Balai BMKG Wilayah III Denpasar, Bali sudah memasuki musim kemarau pada pertengahan Maret 2024 secara bertahap di sejumlah wilayah yang terbagi dalam 20 Zona Musim (ZOM). Musim kemarau di Bali diperkirakan terjadi pada Maret-Juni kemudian puncaknya pada Juli-Agustus 2024.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement