REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Pariwisata menyiapkan halaman khusus di www.indonesia.travel untuk memperbaharui informasi terkait status Gunung Agung setiap harinya. Ini dalam rangka memerangi informasi hoaks yang bertebaran di media sosial dan berpotensi mengganggu sektor pariwisata nasional.
"Saat ini terjadi kesimpangsiuran berita dan ada banyak berita tidak berasal dari data yang tidak akurat," Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde Pitana dijumpai Republika.co.id Denpasar, Kamis (28/9).
Kementerian Pariwisata membentuk posko terintegrasi di Bali untuk memberikan pernyataan resmi setiap hari. Dalam kondisi tertentu, pernyataan terbaru bisa diberikan dalam rentang waktu per enam jam, tiga jam, atau satu jam. Pitana mengatakan informasi ini bisa menjadi parameter bagi wisatawan mancanegara yang sedang atau akan berkunjung ke Bali.
Setiap bencana pasti ada dinamikanya pada level tertentu. "Kalau pun ada wisatawan yang membatalkan perjalanannya ke Bali, mereka membatalkan karena pemahaman benar, bukan karena panik," katanya.
Pitana menegaskan jumlah penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sampai saat ini masih normal, dengan kata lain tidak mengalami penurunan. Bali memiliki kesiapan matang dalam hal mitigasi bencana, khususnya terkait sektor pariwisata. "Indonesia sudah punya standar operasional prosedur (SOP) dalam penanganan bahaya. Kita punya sejarah Bom Bali I, Bom Bali II, Bom JW Mariott, Bom Thamrin, dan sebagainya," kata Pitana.
Mitigasi tersebut dilaksanakan sesuai levelnya, mulai dari penyelamatan nyawa, recovery, hingga normalisasi. Kondisi Bali sebagai destinasi wisata dunia perlu dikomunikasikan ke dunia luar secara jujur dan bertanggung jawab.
"Pemerintah tidak boleh mengatakan Bali itu aman, atau Bali itu tidak aman, namun sajikan data terbaru yang sahih, pasti, dan akuntabel berdasarkan fakta," ujarnya.
Gunung Agung di Kabupaten Karangasem berstatus awas atau level empat sejak 22 September lalu. Data terbaru Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) menyebutkan jumlah pengungsi hingga Kamis (28/9) pukul 12.00 WITA sudah menyentuh 122.490 jiwa. Mereka tersebar di 511 titik pengungsian di sembilan kabupaten dan kota.