Rabu 27 Sep 2017 23:03 WIB

Gubernur Minta Banjar Cek Penampungan Pengungsi

Puncak kawah Gunung Agung terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Agung Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu (27/9).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Puncak kawah Gunung Agung terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Agung Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu (27/9).

REPUBLIKA.CO.ID, AMLAPURA -- Gubernur Bali Made Mangku Pastika menginstruksikan pengecekan jumlah balai banjar (dusun) yang ada pada setiap desa di luar kawasan rawan bencana Gunung Agung, Kabupaten Karangasem, untuk menampung para pengungsi.

"Pengungsi ini tidak bisa selamanya tinggal dalam tenda karena akan menimbulkan masalah, seperti kebanjiran atau bocor kalau hujan, panas juga," kata Pastika saat meninjau Posko Induk Penanggulangan Bencana Gunung Agung di Pelabuhan Tanah Ampo, Amlapura, Rabu (27/9).

Menurut dia, hal tersebut perlu dilakukan guna mengantisipasi pengungsian dalam waktu yang lama.

Belajar dari pengalaman pada tahun 1963, Gunung Agung bisa normal kembali usai meletus membutuhkan waktu selama 1 tahun. Jadi, hal tersebut perlu diperhatikan jika kembali terjadi.

"Ini 'kan kita tidak tahu kapan akan meletus, dan kalaupun meletus harus berapa lama untuk kembali normal dan bisa kembali ke rumah masing-masing. Jadi, dalam selang waktu tersebut, kita harus berikan mereka tempat yang lebih layak, tidak bisa selamanya di tenda-tenda seperti ini," ujarnya.

Di setiap banjar tersebut, kata dia, akan dikoordinasikan oleh kelian banjar atau kepala dusun adat, dan di wilayah desa akan dikoordinasikan oleh kepala desa sehingga hal tersebut akan memudahkan pemerintah dalam menyalurkan bantuan logistik serta mendata jumlah dari pengungsi tersebut. "Nah, nanti kalau kita sudah tahu bagaimana kondisi dari balai banjar tersebut, baru secara bertahap kami pindahkan para pengungsi yang dalam tenda tersebut. Kelak kami berikan juga logistiknya, penyediaan sanitasi, dan juga dapur umum serta uang lauk-pauknya dan di sana mereka bisa masak sendiri secara bersama-sama," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Pastika juga sempat memberikan pengarahan kepada Piket Satgas Bencana yang dibentuk oleh Pemprov Bali. Satgas tersebut dibentuk sebagai penghubung antara posko pengungsian dan posko induk sehingga lebih mudah dalam berkoordinasi mengenai bantuan yang diperlukan.

Selain itu, satgas tersebut juga harus mengecek penyaluran logistik, mengecek kebenaran logistik yang dikirim dari segi jumlah, dan barang yang diperlukan. "Satgas harus mengecek data sukarelawan, tujuannya menghindari adanya sukarelawan palsu yang bisa saja mencari kesempatan dalam situasi seperti ini," katanya.

Usai melakukan peninjauan di Tanah Ampo, Gubernur Pastika beserta rombongan juga menyempatkan diri mengunjungi dan menyapa para pengungsi di Balai Banjar Tebola, Sidemen, posko pengungsian di Rendang, posko pengungsian Ulakan serta posko pengungsian di GOR Swecapura Klungkung.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement