REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memerinci sejumlah wilayah yang terdampak abu vulkanis erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali pada Ahad (30/12) pagi. BNPB mengatakan laporan daerah terdampak abu vulkanis berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem.
“Wilayah yang terkena paparan hujan abu erupsi Gunung Agung pada pukul 04.09 Wita,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Ahad (30/12).
Wilayah yang terkena paparan hujan abu dan intensitasnya:
1. Banjar Dinas Uma Anyar Ababi bagian barat terpapar hujan abu ringan
2. Wilayah Kota Amlapura terpapar hujan abu sedang
3. Desa Seraya Barat terpapar hujan abu ringan
4. Desa Seraya Tengah terpapar hujan abu ringan
5. Banjar Dinas Ujung Pesisi terpapar hujan abu ringan
6. Lingkungan Pesagi dan lingkungan Pebukit hujan abu ringan
7. Desa Tenggalinggah hujan abu ringan
8. Kantor BPBD terdapat hujan abu ringan
Sutopo mengatakan berdasarkan laporan BPBD Karangasem, hasil koordinasi dengan kepala desa Ban dan desa dukuh Gunung Agung menyimpulkan, kondisi terpantau cerah dan tidak terpantau ada asap keluar dan hujan abu. Sementara untuk desa Jungutan dan Pantauan dari Kantor BPBD, visual Gunung Agung tertutup mendung tebal.
Badan Gologi Kementerian ESDM merilis pos pengamatan Gunung Agung memantau terjadi erupsi pukul 04.09 Wita. Namun, tinggi kolom abu tidak teramati. Erupsi tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi kurang lebih 3 menit 8 detik.
Saat ini Gunung Agung berada pada status Level III atau Siaga. Masyarakat dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian, dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya, yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari kawah puncak Gunung Agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi. Karena itu, radius dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan paling aktual/terbaru.
Kemudian, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi, terutama pada musim hujan. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.