Jumat 22 Sep 2017 07:51 WIB

Kehangatan di Meja Makan Keluarga Jenderal Ahmad Yani

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Putri putri Jenderal Ahmad Yani menceritakan kembali peristiwa penembakan ayahnya di kediaman Ahmad Yani yang kini menjadi Museum Sasmitaloka, Jakarta
Foto:
Tempat tertembaknya Jenderal Ahmad Yani di rumahnya yang kini menjadi Museum Sasmitaloka

Tak disangka-sangka, pada keesokan harinya, saat pagi buta, Ahmad Yani ditembak dan diculik oleh pasukan Tjakrabirawa. Hari di mana Yayu berulang tahun. Saat kejadian itu, Yayu sedang bertirakat di daerah Taman Suropati.

Eddi, yang membangunkan bapaknya ketika pasukan Tjakrabirawa datang menceritakan kronologisnya. Malam sebelum hari ulang tahun Yayu, ia bersama dengan bibinya menemani Yayu mencari baju untuk bertirakat di kamarnya. Namun, Eddi saat itu terlelap.

"Saat bangun, saya bertanya ke mbak, Ibu ke mana. Sekitar jam empat, saya menunggu ibu di pintu depan. Kemudian datanglah pasukan Tjakrabirawa," tutur Eddi.

Saat itu, ia tak mengira yang datang adalah pasukan Tjakrabirawa. Ia melihat ke pos penjagaan di luar rumah dan melihat ada yang datang. Tapi, ia kira itu hanya aplusan penjaga biasa.

"Tapi ini kok pakai baret merah. Mereka kemudian mengetuk pintu dan dibukakan oleh mbak. Mereka bilang bapak dipanggil presiden, masih biasa saja saat itu," kata Eddi yang saat itu berusia tujuh tahun.

Setelah itu, sang bibi berbicara kepada Eddi dan memintanya untuk membangunkan Ahmad Yani yang sedang tertidur di kamar tidurnya. Menurut Eddi, saat itu ada sekitar seratus pasukan Tjakrabirawa yang masuk ke rumahnya.

Eddi kemudian masuk ke kamar Ahmad Yani untuk membangunkan Bapaknya. Ia menggoyang-goyangkan kaki Ahmad Yani dan memberitahukan apa yang disampaikan oleh bibinya itu. Tak lama setelah itu, Ahmad Yani keluar dan berbicara dengan beberapa orang dari Tjakrabirawa. Ahmad Yani dipaksa untuk ikut meski sudah mengatakan, dirinya akan bertemu Presiden pada pukul delapan pagi pada hari itu juga.

"Dia sempat menampar salah satu orang itu. 'Kamu ini prajurit tahu apa? Saya mandi dulu', kemudian bapak masuk ke dalam, baru beberapa langkah, prajurit yang lain menembakkan pelurunya ke arah Bapak," ujar Eddi yang pada saat itu mendengar kata "aduh" yang keluar dari mulut ayahnya setelah ditembak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement