Ahad 06 Nov 2022 17:07 WIB

Tempe.ide: Kuliner Indonesia Bisa Jadi Pintu Gerbang Pariwisata

Dari tempe masyarakat bisa belajar sejarah dan budaya Indonesia melalui rasa.

Tempe bacem, salah satu kreasi kuliner berbahan tempe.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Tempe bacem, salah satu kreasi kuliner berbahan tempe.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri komunitas Tempe.ide, Retno Putri, mengatakan ragam kuliner Indonesia bisa menjadi pintu gerbang pariwisata. Salah satunya literasi tentang tempe.

"Kuliner Indonesia dari Sabang sampai Merauke segede itu dan semestinya bisa menjadi gerbang untuk pariwisata. Dengan Rasasastra, langkah pertama yang membicarakan soal tempe," ucap Putri yang ditemui dalam acara 'Rasasastra Union', Ahad (6/11/2022).

Baca Juga

Ia mengaku ingin menggaungkan kuliner Indonesia agar bisa sekuat ragam makanan khas dari negara asing.

Dengan mendukung program pemerintah Indonesia Spice up the World, komunitas ini ingin menyuarakan kuliner Indonesia agar lebih dikenal di negara lain. Terutama tempe yang sebenarnya sudah mulai dikenal di luar negeri.

"Tempe itu sebenarnya banyak di Amerika, Kanada, mereka tahu tempe, tapi tidak tahu dari Indonesia, itu kan suatu narasi yang harus disampaikan," ucapnya.

Tempe.ide adalah komunitas yang berangkat dari kepedulian dan rasa cinta pada kekayaan budaya Indonesia. Melalui kampanye #CeritaTempe, Tempe.ide menggali ragam kisah tempe dalam keseharian individu dan mengeksplorasi kembali kekayaan sejarah dan budaya Indonesia yang dapat diungkap dari tempe.

Tempe merupakan makanan asli Indonesia yang kini dalam proses untuk mendapat pengukuhan dari UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. "Kita melihat ini sebagai masakan rakyat, lahir dari rakyat untuk rakyat, dan kemudian dia bisa menembus strata sosial masyarakat mulai rakyat bawah sampai kelas bangsawan tempe bisa ada di menu harian," ucapnya.

Sejalan dengan misi Putri, Adityasari sebagai mitra dalam komunitas Tempe.ide mengatakan bahwa dari tempe masyarakat bisa belajar sejarah dan budaya Indonesia melalui rasa. "Dari rasa kita bisa belajar sejarah, belajar budaya dan kenapa tempe, cerita tempe bukan tentang produk, tapi sebuah proses, ada proses budaya, proses peradaban bagaimana orang Indonesia bertahan hidup," ucapnya.

Ia berharap tempe bisa menjadi penyatu lidah semua daerah di Indonesia, karena tempe mudah disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia. "Kalau kita lihat tempe ini sebagai makanan yang juga terkenal di Indonesia dan mungkin bisa menyatukan lidah dari Aceh sampai Papua, walaupun dari Jawa, tapi bisa diterima dan jadi makanan lokal," ucap wanita yang disapa Adit ini.

Dalam acara 'Rasasastra Union', Tempe.ide mengenalkan kuliner olahan tempe yang jarang ada, khususnya di Jakarta seperti jadah tempe khas Yogyakarta, sambal tumpang khas Solo, dan olahan tempe dan tahu bacem.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement