Kamis 21 Sep 2017 10:24 WIB

Kantor Ditutup, Gojek Padang Tetap Layani Penumpang

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Bayu Hermawan
Layanan ojek berbasis aplikasi, Gojek (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Layanan ojek berbasis aplikasi, Gojek (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Meski kantor perwakilan ditutup pada Rabu (20/9) kemarin, namun pengemudi Gojek tetap beroperasi. Masyarakat tetap bisa menggunakan jasa ojek daring itu via aplikasi.

Salah satu pengemudi Gojek, Dafit (43 tahun), mengaku pesanan yang masuk tetap tinggi meski ada aksi demo oleh pengemudi angkutan kota (angkot) kemarin. "Bahkan meski kantor ditutup, pesanan tetap biasa, enggak turun. Masyarakat kan paham kalau yang ditutup kantornya bukan aplikasi. Pada akhirnya masyarakat yang memilih," ujar Dafit, Kamis (21/9).

Senada dengan Dafit, Asrinaldi (47 tahun), juga tetap beraktivitas sebagai pengendara Gojek seperti biasa. Bahkan ia masih menggunakan helm beratribut Gojek untuk melayani penumpang. Ia mengaku tak khawatir dengan ribut-ribut soal layanan transportasi daring yang muncul belakangan ini. Ditanya soal risiko sweeping oleh pengemudi angkot, Asrinaldi mengaku tak khawatir.

"Enggak lah kalau ada sweeping. Saya yakin kawan-kawan angkot juga paham. Insya Allah aman," ujarnya.

Meski begitu, ia mengungkapkan bahwa ada sebagian pengemudi Gojek yang memilih lepas atributanya dan beroperasi tanpa pakai atribut Gojek. Alasannya, untuk mencegah gesekan-gesekan yang bisa saja terjadi di lapangan.

Sejak kemarin, kantor operasional Gojek Indonesia di Kota Padang memang ditutup oleh Dinas Perhubungan Kota Padang, atas rekomendasi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatra Barat. Penutupan yang berbarengan dengan aksi demo para pengemudi angkot ini dilakukan lantaran Gojek Indonesia belum mengantongi izin tempat dan operasi untuk membuka kantornya di Padang. Meski begitu, Pemprov Sumbar menekankan bahwa kewenangan terkait aplikasi Gojek dan pengaturan transportasi daring berada di level pusat.

Hingga hari ini manajemen Gojek Indonesia masih enggan memberikan komentar terkait penutupan kantornya di Padang. Awal Agustus lalu, manajemen Gojek sempat berkunjung ke kantor Gojek di Padang, bertepatan dengan demo pengemudi angkot di Bukittinggi, Sumatra Barat.

VP Operations Gojek Indonesia Arno Tse mengatakan, pihaknya secara terbuka akan mencoba merangkul penggerak angkutan lokal untuk bisa bekerja sama. Langkah ini sebelumnya dilakukan Gojek di Jakarta dan Jogjakarta di mana Gojek menyepakati kerja sama operasional dengan sejumlah taksi lokal.

"Kami akan terus gandeng mereka, siapapun yang mau berpartner dengan kami," ujar Arno di kantor Gojek Padang, saat itu.

Ia menilai, penolakan dari para pelaku transportasi lokal sebetulnya terjadi karena belum adanya pemahaman yang sama soal peningkatan pelayanan transportasi. Gojek, lanjutnya, hadir di Padang dan Bukittinggi untuk memberdayakan sektor informal melalui layanan yang ada seperti Go-Food dan Go-Mart.

"Penolakan ada karena masyarakat sebetulnya pelum paham. Kami datang untuk memberdayakan masyarakat dan sektor informal. Kalau mereka sudah tahu dan paham, sebetulnya kami buka lebar kesempatan untuk join," katanya.

Berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom)n Universitas Indonesia, dirangkum bahwa 77 persen pengemudi Gojek dan 85 persen pengemudi Gocar menerima pemasukan di atas rata-rata upah minimum nasional. Rata-rata upah minimum nasional sendiri saat ini tercatat di angka Rp 1,99 juta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement