REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memfokuskan program kontrasepsi jangka panjang. Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty mengatakan, alasan fokus pada kontrasepsi jangka panjang adalah untuk menekan mereka yang melakukan KB tetapi sering drop out atau putus panjang.
"KB adalah betul-betul instruksi dari Presiden Jokowi agar dirivitalisasi, digaungkan kembali," ujar Surya saat ditemui di Auditorium BKKBN, Rabu (20/9) siang.
Menurut Surya, saat ini jika masyarakat mengikuti program KB dengan pil, lalu tiba-tiba lupa minum, itu bisa hamil. Kemudian jika injeksi, itu harus dilakukan minimal setiap tiga bulan sekali. Tetapi jika KB dengan implan atau susu ini bisa berlaku hingga tiga tahun.
''Kita juga menggalakkan KB pascasalin. Di mana dalam proses persalinan tersebut, ketika keluarnya plasenta langsung ibu dipasang alat kontrasepsi. Dua cara jangka panjang itu dilakukan, agar masa menyusui ibu tidak terganggu oleh masa menyusui berikutnya, minimal sampai dua tahun menyusui. Bahkan ada yang bisa selama lima tahun untuk AKBR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)," kata Surya.
Selain infrastruktur, kata Surya, manusianya juga akan dibangun oleh BKKBN dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, serta meningkatkan karakter bangsa. Dan keluarga memiliki peran paling penting dan utama dalam pembangunan karakter dan manusia ini.
Untuk itu, lebih lanjut Kepala BKKBN itu menjelaskan, yang perlu dibangun pertama kali harus manusianya sejak dalam kandungan. Keluarga punya peranan penting dalam memberikan asah asih asuh kepada calon anak manusia yang berada dalam kandungan.
BKKBN menyelenggarakan kegiatan Telaah Tengah Tahun (Reviu) Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) tahun 2017, pada 17 sampai 20 September 2017. Kegiatan ini untuk mengetahui gambaran pencapaian sekaligus sebagai evaluasi kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan.