REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Kepala Pusat Penyidikan Obat dan Makanan BPOM RI Hendri Siswadi mengatakan, kasus penyalahgunaan obat di Kendari diduga terorgasasi karena sudah menjadikan anak-anak sebagai target.
"Kejadian ini kemungkinan sudah terencana dan teroganisir oleh oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga ada unsur kesengajaan," kata Hendi usai melihat beberapa korban obat PCC yang ada di rumah sakit di Kota Kendari, Jumat (15/9).
Hendri menjelaskan, kedatangan atau kunjungan ke Kendari, salah satu tujuannya adalah untuk melihat kondisi riil di lapangan guna mencari kesimpulan untuk meluruskan dan menyamakan persepsi semua pihak terkait kasus penyalahgunaan obat oleh sejumlah warga kota itu.
"Ini sudah fenomena yang luar biasa karena kejadian menimpa korban bersamaan. Untuk itu, kehadiran kami guna luruskan apa sebenarnya yang mereka konsumsi," katanya.
Sebagaimana diketahui sejak Selasa (12/9) malam sampai Kamis terdapat 68 warga yang dilarikan di beberapa rumah sakit karena memiliki kelainan kejiwaan yang diduga mengkonsunsi obat ilegal PCC.
Tiga orang diantaranya dari penyalahguna obat terlarang tersebut meninggal diduga karena mengkonsumsi obat ilegal tersebut. Sebelunmya, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Kendari, Sulawesi Tenggara, Adillah Pababbari mengatakan, puluhan remaja menjadi korban penyalahgunaan obat dan dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Kendari karena mengonsumsi tablet PCC.
"Tablet PCC ini adalah obat ilegal tanpa izin edar dari BPOM karena berisi zat carisoprodol yang dijual perorangan," kata Adillah di Kendari.