Senin 28 Aug 2017 17:34 WIB

Malaysia Pemasok Narkoba Terbesar ke Indonesia

Rep: Mabruroh/ Red: Nur Aini
Petugas menujukkan sampel urine untuk diuji narkoba. (ilustrasi)
Foto: Antara/Darwin Fatir
Petugas menujukkan sampel urine untuk diuji narkoba. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Eko Daniyanto mengatakan Malaysia berada di peringkat pertama sebagai pemasok narkoba terbanyak tahun ini di Indonesia. Peringkat selanjutnya diisi oleh Taiwan dengan 17 tersangka dan Cina dengan sembilan tersangka.

"Dari barang bukti yang kami sita, mapping tahun ini adalah dari Malaysia," ujar Eko saat ditemui di ruangannya di Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Cawang, Jakarta Timur, Senin (28/8).

Eko menjelaskan sebanyak 23 orang tersangka yang diamankan oleh aparat keamanan Indonesia pada 2017 hingga bulan Juli ini. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya sebanyak 64 orang pada 2016, 37 orang pada 2015, dan 46 orang pada 2014.

Malaysia berturut-turut menduduki peringkat pertama dalam menyelundupkan narkotika ke Indonesia. Namun mengenai jaringan Malaysia sendiri, Eko mengaku tidak mengetahui jumlah pastinya. Sindikat narkoba Malaysia banyak bila melihat fakta dari jaringannya yang sudah diamankan di wilayah hukum Indonesia.

"Yang jelas (sindikat) Malaysia bukan hanya satu, kalau sudah ketangkap lebih dari 23 orang ini artinya bisa lebih dari tiga disikat. Katakanlah 23 orang ini ada 15 sindikat di Malaysia. Bisa saja kan," ujar dia.

Eko menduga Malaysia memasok narkoba dalam jumlah besar dari Cina. Kemudian oleh para sindikat diedarkanlah barang tersebut ke Indonesia karena harga jual di Indonesia yang sangat mengiyurkan para bandar.

Dia mencontohkan, sindikat Malaysia memasok sabu-sabu dari Cina seharga Rp 60-80 juta. Kemudian menjualnya ke Indonesia dengan harga Rp 400-500 juta dan di Indonesia dijual oleh para bandar itu dengan harga Rp 800 sampai Rp 1 miliar.  "Dan kalau barang (sabu) lagi nggak ada, bisa sampai tembus Rp 1,5 miliar sampai Rp dua miliar (per kilogram). Inilah sindikat bermain di sini," ujarnya.

Di Malaysia, kata Eko, ada dua lokasi yang dijadikan oleh sindikat Malaysia untuk mengirimkan pasokan narkoba ke Indonesia. Pertama di kawasan Ponklab atau tempat penampungan peti kemas di mana seluruh kontainer masuk dari semua negara ke Malaysia. "Oleh sindikat tempat tersebut dijadikan kamuflase untuk perpindahan barang bukti ke kapal-kapal yang sudah disiapkan sindikat untuk masuk ke Indonesia," ujarnya.

Tempat yang kedua masih menurut Eko, yakni di Pulau Penang. Kalau melihat sejarahnya pulau Penang menjadi lokasi penyeludupan bawang putih dan gula yang datang dari Malaysia ke pesisir pantai Sumatera kemudian ke Biak, Aceh, Medan, Riau dan Batam. "Nah saat ini digunakan sindikat Malaysia sebagai pintu masuk narkotika yang dikirim Malaysia ke pesisir pantai Sumatera terutama Aceh," ungkapnya.

Kendati demikian Eko berpandangan bahwa sindikat terbesar sebenarnya tetap dari Cina. Pasalnya Cina memang pabrik utama yang memproduksi narkotika. Hanya saja pada tahun-tahun ini Malaysia yang sedang getol-getolnya mengirimkan narkoba ke Indonesia. "Sindikat itu sebenarnya banyak dari Cina tapi tahun ini kurang banyak bermain dan yang paling banyak tertangkap dari Malaysia," ujarnya.

Alasannya sindikat Cina berkurang, lantaran BNN Cina sedang melakukan operasi besar-besaran serta melakukan pengetatan uji dan pengetatan laboratorium. "Mereka (BNN Cina) mengontrol, mengecek dan razia ke farmasi-farmasi, akhirnya banyak sindikat yang melarikan diri ke hutan," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement