Senin 28 Aug 2017 16:49 WIB

Dahnil: Istana Belum Respons Keinginan Istri Novel Baswedan

Istri Novel Baswedan, Rina Imelda (kerudung hitam), didampingi penasihat hukum menyampaikan kondisi Novel Baswedan di kediamannya, Jalan Deposito, Kelapa GAding, Jakarta Utara, Senin (28/8)
Foto: Santi Sopia/Republika
Istri Novel Baswedan, Rina Imelda (kerudung hitam), didampingi penasihat hukum menyampaikan kondisi Novel Baswedan di kediamannya, Jalan Deposito, Kelapa GAding, Jakarta Utara, Senin (28/8)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan pihak Istana Kepresidenan belum merespons terkait keinginan Rina Emilda, istri penyidik KPK Novel Baswedan untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo.

"Kami yang ada di sini itu menyampaikan pernyataan secara lisan kepada pihak Istana, permintaan agar Presiden berkenan menerima Mbak Emil," kata Dahnil saat konferensi pers terkait perkembangan kondisi kesehatan Novel Baswedan dan penanganan kasus penyerangan Novel di kediaman Novel di kawasan Kepala Gading, Jakarta Utara, Senin (28/8).

Dalam konferensi pers itu juga dihadiri oleh Rina Emilda, istri Novel Baswedan, aktivis HAM Haris Azhar, Direktur Eksekutif LBH Jakarta Alghifari Aqsa, Wakil Koordinator Bidang Advokasi Kontras Putri Kanesia, dan Hasan perwakilan masyarakat di sekitar kediaman Novel. Menurut Dahnil, dirinya sudah menyampaikannya secara lisan maupun pesan WhatsApp kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno terkait penjadwalan pertemuan tersebut.

"Kemudian beliau menyampaikan akan berusaha menjadwalkan pertemuan Mbak Emil dengan Presiden bahkan belakangan melalui Mas Johan Budi, kami menerima kabar bahwa Presiden meminta kalau nanti sudah dijadwalkan Presiden juga ingin bukan hanya bertemu Mbak Emil, tetapi juga Ibu dari Mas Novel," ungkap Dahnil.

Namun kemudian, kata dia, pihak Istana Kepresidenan berharap ada surat resmi yang diajukan, tidak hanya dalam bentuk penyampaian secara lisan. "Memang sejak awal kami tidak ingin mengirimkan surat resmi, tetapi kemudian karena ada permintaan dari pihak Istana terkait dengan surat resmi itu, kami memutuskan meminta Mbak Emil untuk menulis surat dengan tulisan tangan dan dikirimkan ke Istana," tuturnya.

Selanjutnya, kata dia, pada Senin (21/8) pihaknya sudah mengirimkan surat dan sudah diterima oleh pihak Istana Kepresidenan. "Kemudian meraka akan menjadwalkan, terakhir saya meminta kepada Pak Pratikno agar kemudian penjadwalan pertemuan Mbak Emil dengan Presiden itu bisa dilakukan setelah tanggal 25 atau sebelum Idul Adha," ujar Dahni.

Namun, kata Dahnil, sampai dengan hari ini dan menjelang Hari Raya Idul Adha, pihaknya belum mendapat kabar lagi apakah kemudian Presiden berkenan menerima Emilda. "Jadi, kami belum ada kabar sama sekali, kami lihat saja. Yang jelas pesan yang ingin kami sampaikan adalah pertama agar Presiden itu mendapatkan informasi yang cukup. Kemudian yang kedua tentu menyampaikan pesan terkait dengan suasana kebatinan Mbak Emil," ucap Dahnil.

Bahkan, kata dia, pada Senin (28/8) siang atau sebelum konferensi pers itu dilakukan, dirinya sudah kembali bertanya kepada Mensesneg Pratikno, namum belum mendapat jawaban apapun. Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di dekat rumahnya pada 11 April 2017 seusai shalat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya.

Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017. Novel adalah salah satu penyidik senior KPK yang antara lain menangani kasus korupsi dalam pengadaan KTP-elektronik (KTP-el).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement