REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iras Film mempersembahkan sebuah film biopik, yaitu sosok Pahlawan Nasional Indonesia, Ibu Siti Walidah yang juga dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan. Dia merupakan tokoh perempuan dari Kauman, Yogyakarta. Film tersebut siap menghias layar bioskop Indonesia dan tayang perdana 24 Agustus 2017.
"Film Nyai Ahmad Dahlan kami angkat dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air pada sosok pahlawan nasional kita,” jelas Produser Eksekutif Iras Film, Asrul Azis Taba, berdasarkan rilis yang diterima republika.co.id, Ahad (20/8).
Menurut Asrul, saat ini belum banyak sosok Pahlawan Nasional Indonesia perempuan yang diangkat menjadi sebuah film biopik. "Hanya beberapa saja yang sudah diangkat padahal sangat banyak dan sosok mereka bisa menjadi suri tauladan bagi masyarakat,"tuturnya.
Gala premier film Nyai Ahmad Dahlan dilakukan di Studio XXI Epicentrum, Jakarta Selatan pada Sabtu (19/8) malam WIB. Selain dihadiri artis pendukung film tersebut, seperti Tika Brivani dan David Chalik, sejumlah tokoh hadir di antaranya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Dirjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud Harris Iskandar, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, Rektor Universitas Hamka Prof Suyatno, Dewi Motik, serta keluarga besar Kiai Ahmad Dahlan.
Usai menyaksikan tayangan perdana tersebut, Mendikbud mengatakan, film Nyai Ahmad Dahlan menjadi pelengkap dari film sebelumnya berjudul Sang Pencerah. Hanya saja pada film ini, kata dia, fokus utamanya lebih dititik beratkan pada peranan dan sosok Nyai Ahmad Dahlan dalam pergerakan Muhammadiyah dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Menurut Mendikbud, cerita film Nyai Ahmad Dahlan merupakan kisah sejati seorang istri dari pendiri ormas Muhammadiyah. Dia menambahkan, film itu juga menjadi bukti dan mempertegas mengapa Nyai Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional.
"Selain itu, film Nyai Ahmad Dahlan juga bisa menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia. Bahwa berjuang itu tidak harus tampil secara fisik. Mendampingi dan berada dibelakang suami agar suami berada di depan pun merupakan bentuk perjuangan yang tak kalah hebatnya," ujarnya.
Nyai Ahmad Dahlan yang dilahirkan pada tahun 1872 adalah pendiri gerakan perempuan ‘Sopo Tresno’ yang kemudian bernama Aisyiyah. Melalui organisasi wanita Aisyiah, Nyi Ahmad Dahlan membantu perjuangan kemerdekaan.
Produser Eksekutif Iras Film Irmawati Mochtar Asrul mengatakan di awal masa revolusi, Nyai Ahmad Dahlan menggerakkan kaum perempuan untuk mendirikan dapur umum. Dia juga rajin bertukar pikiran tentang perjuangan dengan Presiden Sukarno dan Jenderal Sudirman. "Dan beliau merupakan perempuan pertama yang pernah memimpin Kongres Muhammadiyah tahun 1926," ujar dia.