REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan mengingatkan bahwa tidak ada satu kelompok pun yang bisa mengklaim paling Pancasilais dan menuduh yang lainnya tidak Pancasilais.
"Kalau ada yang mengklaim sebagai Pancasilais dan menuduh yang lain tidak Pancasilais, maka harus belajar lagi tentang sejarah Pancasila," kata Zulkifli Hasan pada sidang paripurna tahunan dengan agenda penyampaian pidato kenegaraan oleh Presiden Joko Widodo di Senayan Jakarta, Kamis (16/8).
Dalam sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut juga dihadiri Presiden ke-3 BJ Habibie, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, mantan Wapres Try Sutrisno serta Ibu Shinta Nuriyah. Zulkifli Hasan mengatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada kondisi memprihatinkan akibat abai pada keteladanan para Bapak Bangsa.
"Kita kurang empati pada sesama anak-anak bangsa. Selalu menganggap diri yang paling benar," kata Ketua MPR.
Padahal, kata Zulkifli Hasan, para Bapak Bangsa sudah mencontohkan perbedaan pendapat tak membuat hubungan pribadi merenggang. Menurut Zulkifki, saat di balik pangggung politik mereka (para pendiri bangsa) adalah pribadi-pribadi yang agung, rendah hati dan bersahabat.
"Di balik panggung tersebut, para pendiri bangsa ini tak menyimpan kedengkian dan dendam," kata Zulkifli.
Zulkifli mengapresiasi atas berbagai pencapaian pembangunan yang dilakukan Presiden Jokowi. Presiden telah menunjukkan dengan melakukan pembangunan infrastruktur di mana-mana, dari Aceh hingga Papua, dari Miangas hingga Pulau Rote.
"Sebuah prestasi yang membanggakan kita dengan interkonektivitas menjadi makin mudah dan mudah," lata Zulkifli. Namun, dalam kesempatan itu Zulkifli juga menyampaikan keluhan masyarakat tentang kesempatan kerja, turunnya daya beli, dan kebebasan berekspresi.