REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak akhir Juli hingga Agustus 2017 menyebutkan 275 kecamatan di Jawa Tengah telah terdampak kekeringan. Total warga yang terdampak sebanyak 1,4 juta jiwa dan 404.212 keluarga.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan hingga kini BNPB baru mengantongi data kekeringan dari sebagian wilayah saja. "Kekeringan di 275 kecamatan ini berdampak pada 1.254 desa dan 404.212 KK di Jawa Tengah," kata Sutopo kepada Republika, Senin (14/8).
Daerah yang paling banyak terdampak kekeringan di Jawa Tengah adalah Banyumas dengan 21 kecamatan, disusul Kebumen 17 kecamatan, Grobogan dan Blora 15 kecamatan, serta Rembang, Temanggung, dan Cilacap dengan 14 kecamatan.
Sutopo menyatakan sejumlah BPBD di Jawa Tengah telah berupaya mengirimkan tangki-tangki air untuk mengatasi kekeringan. Hingga 14 Agustus 2017, BPBD telah mengirimkan 342 tangki air ke 38 kecamatan dan 88 desa yang menjadi lokasi kekeringan.
"Sebanyak 13 BPBD kabupaten/kota telah melaksanakan dropping air sebanyak 342 tangki untuk antisipasi bencana kekeringan di 38 kecamatan, 88 desa," kata Sutopo.
Data BMKG menyebutkan puncak musim kemarau 2017 diperkirakan dominan terjadi antara bulan Juli - September 2017, dengan persentase sebesar 85.6 persen. Kondisi musim kemarau 2017 secara umum normal, tapi tetap harus diwaspadai beberapa potensi bencana, seperti karhutla dan kekeringan.
Daerah yang mengalami kekeringan di antaranta empat Rukun Tetangga (RT) di Desa Ngargotirto , Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Kepala BPBD Kabupaten Sragen, Dwi Sigit Kartanto menjelaskan kekeringan telah terjadi sejak akhir pekan kemarin. Akibat kekeringan warga setempat pun tak bisa mengakses air bersih.
Dwi mengatakan warga telah meminta bantuan penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Sampai saat ini, kata Dwi, BPBD Kabupaten Sragen telah mengirim 4 tangki air bersih dengan kapasitas isi 5000 liter air per tangki ke Desa Ngargotirto.
“Sampai saat ini yang mengajukan baru Ngargotirto, dari hasil cek lokasi dan koordinasi lapangan, ada 4 RT yang dipandang cukup mendesak untuj dikirim bantuan air bersih. Wilayah yang di Drop di Dukuh Kowang RT 5, 6, 7 dan RT 8,” kata Dwi kepada Republika, Senin (14/8).
Dwi belum mendapat laporan adanya kekeringan di tempat lainnya, termasuk di Desa Dukuh, Kecamatan Tangen. Meski air sungai Glagah mulai menyusut, dia mengatakan, belum ada laporan permintaan air bersih dari warga setempat. “Sementara hanya Ngargotirto, untuk lainnya nanti saya akan cek,” kata Dwi.