Jumat 04 Aug 2017 20:23 WIB

Pidato Viktor dari Kaum Intoleran, Khilafah Sampai PKI

Victor Laiskodat
Foto: Fraksinasdem.org
Victor Laiskodat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Politikus Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Viktor Laiskodat mendapat protes dari banyak pihak. Ini setelah pidatonya yang menyudutkan Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat menjadi viral di media sosial. Viktor pun dilaporkan ke Mabes Polri atas ucapannya tersebut.

Dalam video itu, Viktor menyinggung soal kelompok intoleran dan upaya mendirikan khilafah. Menurutnya, dalam gerakan khilafah semua wajib shalat dan tak ada perbedaan. 

"Mengerti dengan khilafah? Semua wajib shalat. Semua lagi yang di gereja, mengerti? Mengerti? Negara khilafah tidak boleh ada perbedaan, semua harus shalat."

"Saya tidak provokasi, nanti orang Timur (tak jelas) tumbuh nanti, nanti negara hilang kita bunuh pertama mereka sebelum kita dibunuh. Ingat dulu PKI 1965? Mereka tidak berhasil kita yang eksekusi mereka." 

Namun, video yang viral tersebut sepertinya tak utuh. Belum ada penjelasan langsung dari Viktor ihwal video tersebut. 

Ketua DPP Partai Gerindra Iwan Sumule berharap pihak kepolisian segera menindaklanjuti laporan yang dibuat partainya terhadap Viktor Laiskodat atas pidato di Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Saat ditanya apakah pihaknya akan mencabut laporan apabila ada permintaan maaf dari Viktor, Iwan menegaskan permintaan maaf dan hukum adalah dua hal yang berbeda.

Sehingga, menurutnya, proses hukum akan terus berjalan. "Persoalan minta maaf kan persoalan lain bahwa persoalan hukum harus tetap jalan. Itu yang saya harapkan," ucapnya di Bareskrim Polri, Jumat (4/8).

Berikut pidato Viktor sesuai di video rekaman yang viral di media sosial;

Kelompok-kelompok ekstremis ini ingin membentuk satu negara lagi. Dong tak mau lagi di negara NKRI, Dong ingin ganti punya nama negara khilafah. Negara Khilafah itu berarti son ada NKRI.

Ada sebagian kelompok ini yang mau bikin negara khilafah dan celakanya partai-partai pendukung itu ada di NTT juga. yang dukung kelompok eksremis itu ada di NTT. Satu Partai Gerindra, partai nomor dua itu namanya demokrat, partai nomor tiga namanya PKS, partai nomor empat namanya PAN.

Situasi nasional, ini partai mendukung para kamu intoleran. Intoleran itu dong son suka orang lain, dong son suka agama orang lain, (kurang jelas pakai bahasa daerah).

Jadi catat baik-baik, yang calon bupati, calon gubernur, calon DPR yang dari partai tadi tersebut, kalau tusuk tertusu tumbuh untuk sampeyan pilih itu, maksudnya pilih supaya ganti negara khilafah.

Mengerti dengan khilafah? Semua wajib shalat. Semua lagi yang di gereja, mengerti? Mengerti? Negara khilafah tidak boleh ada perbedaan, semua harus salat.

Saya tidak provokasi, nanti orang timur yang (tak jales) tumbuh nanti, nanti negara hilang kita bunuh pertama mereka sebelum kita dibunuh.  Ingat dulu PKI 1965? Mereka tidak berhasil kita yang eksekusi mereka.

Lo telepon lu punya ketua umum di sana, suruh you jangan tolak tolak itu perppu yang melarang untuk perppu nomor 2 tahun 2017 (tepuk tangan).  Oh ini Duduk di sini dari partai apa nih? Nah oli tamoes.. tau oli tamoes, tadi masih di Gerindra... (bahasa daerah).

Baca juga,  Pengamat: Kasus Viktor Bagian Eskalasi Menuju Pilpres 2019.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement