REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Nia Elvina mengatakan perisakan (bullying) merupakan fenomena yang sedang berkembang dalam masyarakat. Ia mengatakan, sebagaian besar masyarakat menganggap bullying merupakan suatu hal yang biasa atau dalam istilah sosiologinya adalah sesuatu yang sudah tidak dipertanyakan lagi.
"Realitasnya adalah dalam kasus di Thamrin City ini, masyarakat jadi penonton, bukan seperti yang seharusnya tindakan yang mereka lakukan adalah menolong," ujarnya pada Republika.co.id, Rabu (19/7).
Selain itu, menurut pengamatan Nia, masyarakat Indonesia ini memang sedang 'sakit'. Karena tidak memiliki pijakan nilai. Ia menambahkan karena Indonesia merupakan negara yang Pancasilais, maka nilai-nilai tersebut harusnya dijadikan pedoman berperilaku sehari-hari.
"Misalnya dalam kasus Ini, kalau kita mengimplementasikan saja sila pertama dan kedua, tentu perwujudan kasih sayang sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan nilai sesama manusia yang dijunjung tinggi. Tentu kasus-kasus bullying tidak akan pernah terjadi atau minim," katanya.
Sisi lain, Nia juga mengungkapkan pencegahan bullying paling efektif adalah melalui lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan harus menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila.
"Bukan seperti sekarang Ini, nilai yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan yakni nilai kulakan atau pasar. Yang diutamakan adalah kompetisi dan uang," ujarnya.