Senin 10 Jul 2017 18:34 WIB

Amal Usaha Pilar Strategis Dakwah dan Tajdid Muhammadiyah

Haedar Nashir
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan seluruh perguruan tinggi serta amal usaha Muhammadiyah merupakan pilar strategis untuk dakwah dan tajdid Muhammadiyah dalam menyebarluaskan nilai-nilai Islam untuk membangun tauhid kepada Allah SWT. Sehingga umat menjadi lurus dan selalu taqarrub kepada-Nya.

“Tetapi dakwah juga harus mencerahkan, mencerdaskan, memajukan, bukan sebaliknya. Sering kali tanpa disadari terjadi pembodohan dalam dakwah, akibat pemikiran yang sempit tentang Islam. Tidak sedikit yang juga menamakan Islam bahkan menjualnya, tetapi apa yang disampaikannya tidak sesuai dengan tindakan,”  kata Haedar.

Penegasan tersebut disampaikan saat menjadi pembicara dalam acara Silaturahim Idul Fitri yang diselenggarkaan oleh Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uhamka, Jakarta, akhir pekan lalu.

Sementara sebagai gerakan tajdid, ia melanjutkan, Muhammadiyah memiliki komitmen sebagai pembaharu. Menurutnya, pembaharuan seperti apa yang baik untuk diterapkan di era sekarang ini perlu dipikirkan oleh perguruan tinggi Muhammadiyah sebagai lembaga terdepan dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat.

Acara yang mangangkat tema ‘Merawat Komitmen Keumatan dan Kebangsaan’ itu dihadiri oleh seluruh civitas akademika Uhamka dan disambut langsung oleh Rektor Uhamka, Suyatno. Hadir pula Busyro Muqoddas, ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sekaligus memberikan paparan terkait tema tersebut.

Dalam kesempatan itu, Haedar juga mengulas tentang makna Idul Fitri kaitannya dengan sikap umat Islam setelah Ramadhan. “Agar bersikap sewajarnya dalam menghadapi urusan-urusan keduniaan (setelah puasa) dan tidak kalah penting komitmen akan nilai (ruhani) pada apa-apa yang diperankan dalam kehidupan yang tidak bisa lepas dari keduiawian,” katanya, dikutip dari laman muhammadiyah.or.id.

Haedar menambahkan, sebagai makhluk yang hidup di dunia, manusia perlu makan, minum, dan perlu hal-hal yang bersifat duniawi. Tetapi pada saat yang sama dunia ini perlu diisi dengan nilai-nilai dasar hidup.

“Nilai akidah, ibadah, akhlak dan prinsip-prinsip muamalah duniawiyah yang memiliki batas-batas tersendiri, bingkai nilai itulah yang perlu menjadi acuan dan komitmen kita dalam kehidupan sehari-hari termasuk di Uhamka,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement