REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Danau Limboto, salah satu danau kritis di Indonesia masuk dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN). Pendangkalan dan penyusutan luas danau menjadi masalah utama di kawasan tersebut.
"Harus dilakukan upaya mencari jalan keluar meskipun memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar," kata Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo yang menemui Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Teten Masduki di Jakarta, Selasa (6/6).
Dalam pertemuan tersebut, kata dia, dibahas upaya pelestarian kawasan Danau Limboto sebagai wadah penampungan air di saat musim hujan dan sumber air saat kemarau. "Terdapat 400 ribu masyarakat Gorontalo yang menerima manfaat langsung dan tidak langsung dari danau ini, sebagai sumber protein yang berasal dari ikan, udang, kepiting maupun jasa penampungan air dan ekowisata," ungkap Nelson.
Selain itu, juga dibicarakan potensi pengembangan kelapa dan peternakan sapi di Gorontalo serta gerakan makan ikan yang sedang dicanangkan oleh Presiden Jokowi dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
Aktivis lingkungan di Gorontalo, Rahman Dako mengatakan, untuk mempertahankan kualitas danau diperlukan rehabilitasi hutan dan lahan di hulu.
Selain itu juga butuh perbaikan pengelolaan badan danau, terutama pengaturan zonasi dan pengurangan jaring apung nelayan.
Pengembangan ekowisata juga menjadi alternatif peningkatan ekonomi rakyat di sekitar danau. Menurut dia, luapan air saat musim hujan setiap saat menggenangi pemukiman masyarakat sekitarnya, dan terjadi hingga berbulan-bulan
Ia menambahkan, danau tersebut memiliki daya dukung dan daya tampung lingkungan yang luas. Penyelamatannya bukan hanya menjadi urusan Provinsi Gorontalo, namun juga masuk dalam program strategis nasional.