Kamis 25 May 2017 13:40 WIB

PP Muhammadiyah Imbau Umat Persiapkan Fisik dan Mental Sambut Ramadhan

Rep: Muhyiddin/ Red: Angga Indrawan
Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas
Foto: ROL/Wisnu Aji Prasetiyo
Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang datangnya Bulan Suci Ramadhan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengimbau agar umat Islam mempersiapkan fisik dan mental. Dengan demikian, umat Islam dapat menjalani ibadah dengan penuh keimanan dan keikhlasan selama sebulan penuh.

Salah satu Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas mengatakan, fisik dan mental perlu dipersiapkan agar umat Islam dapat menjalani ibadah puasa secara maksimal.

"Yang pertama fisik. Karena ritme kehidupan kita akan berubah kan. Yang biasanya kita makab tiga kali sehari, di bulan puasa dua kali. Biasanya puasa hanya Senin dan Kamis di Bulan Ramadhan jadi tiap hari," ujarnya saat dihubungi, Kamis (25/5).

Persiapan kedua, lanjut dia, yaitu persiapan mental. Dengan mempersiapkan mental, kata dia, umat Islam nantinya bisa secara maksimal untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. 

Ia menuturkan, Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh maghfuroh atau penuh ampunan. Sebagai orang beriman, kata dia, hendaknya umat Islam bisa memanfaatkan bulan ini untuk merebut kasih sayang Allah. "Sehingga diharapkan sehabis berpuasa kita akan masuk dalam sekelompok yang disebut sebagai orang Muttaqin atau orang-orang yang bertakwa," ucapnya.

Ia menambahkan, dalam menyambut Ramadhan kali ini umat Islam juga harus menahan dan mengendalikan nafsunya. Pasalnya, kata dia, di Bulan Ramadhan umat Islam tampaknya masih banyak yang menahan makannya saja.

Ia pun merasa heran dengan permintaan umat Islam justru naik di Bulan Ramadhan. Padahal, kata dia, seharusnya menurun lantaran jumlah makannya berkurang dari yang biasanya tiga kali makan menjadi dua kali makan. "Jadi kesimpulan saya puasa kita ini lebih banyak menahan makan dan minum. Bukan menahan nafsu. Sementara, yang dalam puasa itu menahan nafsu. Sehingga yang terjadi ini adalah inflasi, harga-harga naik," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement