REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Bupati Bandung, Dadang M Naser geram pada kontraktor pelaksana pembangunan tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Kontraktor proyek itu dinilai tidak profesional dalam menyelesaikan pembangunan.
Selain terus molornya penyelesaian tol Soroja, kontraktor proyek ini menyerahkan pekerjaan yang seharusnya dikerjakannya kepada kontraktor lain. “Terus terang saya evaluasi ada yang tidak profesional. Ada tiga pengembang menjadi satu konsorsium lalu di subkontraktorkan lagi,” ujarnya kepada wartawan di Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa (16/5).
Menurutnya, berdasarkan pernyataan PT Citra Marga Lintas Jabar (CLMJ), tol Soroja bisa beroperasi penuh pada Desember mendatang. Namun, dia meminta agar pada bulan ke tujuh alias Juli bisa segera dioperasikan. Sebab jika tidak diberikan progres maka akan lambat terus.
Ia menuturkan, saat ini proses pembangunan terus berlangsung namun masih ada permasalahan lainnya. Seperti kesalahan komunikasi dengan warga di Parung Serab yang membuat mereka melakukan demo. Serta sub sistem yang harus segera melunasi bayaran kepada masyarakat.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa mengakui pembangunan proyek jalan Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja) masih terkendala. Pengerjaannya masih jauh dari harapan meski saat ini progres pembangunan struktur jalan sudah hampir rampung.
Iwa mengatakan perkembangan kontruksi dari bulan Maret lalu naiknya kurang signifikan. Hingga bulan April, progres kontruksi Tol Soroja baru mencapai 71,042 persen dari awal Maret lalu total kontruksi mencapai 65 persen. Progres ini didominasi pekerjaan struktur 98 persen dan timbunan tanah baru 67 persen. "Target kami berharap Soroja ini cepat selesai, tapi fenomena di lapangan tidak semudah membalikkan telapak tangan,"ujar Iwa di Kota Bandung, Rabu (3/5).
Menurutnya, berdasarkan laporan PT Citra Marga Lintas Jabar (CMLJ) selaku kontraktor Jalan Tol Soroja masih terdapat sejumlah kendala yang terjadi di lapangan dalam pengerjaan jalan tol sepanjang 10,55 kilometer itu. Di antaranya pembebasan lahan juga cuaca.
Iwa menyebutkan pembebasan lahan memang sudah nyaris selesai. Namun salah satu masjid masih menunggu tahapan pembangunan. "Pembebasan lahan pun ternyata tidak mencukupi sehingga dilakukan proses design ulang di lokasi Citeureup dan Tegal Caang," ujarnya.
Kendala cuaca juga dikatakannya mempengaruhi pengerjaan. Hujan yang masih sering turun menghambat terutama untuk penimbunan tanah dan konstruksi jalan.