Rabu 10 May 2017 11:15 WIB

Nasihat Iskandar Zulkarnain, Kedalaman Agama: Belajar dari Kasus Ahok

Karangan bunga untuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mulai berdatangan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Rabu (10/5.
Foto:
Massa pendukung Basuki tjahaja Purnama (Ahok) melakukan aksi dukungan saat mendatangi Rumah Tahanan LP Cipinang, Jakarta, Selasa (9/5).

Ini dua hal penting yang harus diketahui oleh pemimpin lain agar kasus Ahok tak terulang. Katakanlah ini semacam lesson to learn dari kasus Ahok. Atau hikmah yang bisa kita petik dari kasus Ahok.

Pertama, goresan agama dalam publik Jakarta, juga Indonesia sangat mendalam. Mayoritas mereka sebenarnya bukanlah penganut yang sangat patuh pada ritual agama. Mayoritas mereka juga, bahkan melawan konsep negara agama.

Namun, sekali tersentuh rasa keagamaan mereka, apalagi ada persepsi agama mereka dicederai oleh pihak luar, muncul spirit perlawanan yang menisbikan hal lain.

Mereka tak peduli sebagus apa pun kerja gubernur. Sentimen agama mereka bekerja lebih dalam dan lebih powerful. Mereka akan bergerak militan mengalahkan pemimpin lamanya.

Kedua, pentingnya public relation. Pemimpin harus lebih berhati-hati dengan komentarnya di publik. Kesan publik pada kata-kata sang pemimpin bisa lebih dalam dibanding kesan pada kinerjanya.

Pemimpin harus lebih peduli dengan public relation. Cover buku bagi publik luas kadang lebih berarti dibanding isi bukunya.

Pentingnya public relation juga dikiaskan oleh Bill Gates, manusia yang kini paling kaya seantero jagat. Jika uangku tinggal satu dolar, ujar Bill Gates, uang itu pun akan aku habiskan untuk public relation.

Hanya karena ucapan Ahok yang seolah sepele di Kepulauan seribu mengubah banyak hal. Bagi pemilih, ucapan itu menjadi sentimen mereka mengalahkan Ahok di pilkada. Bagi hakim, ucapan itu membuatnya tak sungkan menjatuhkan vonis dua tahun penjara.

Bahkan, hakim memberikan penekanan khusus "Ahok tak merasa bersalah."

Tak ada kebutuhan PR Ahok untuk mengesankan merasa bersalah. Ini oleh hakim justru dijadikan bahan memperberat hukuman Ahok.

Ucapan itu pula membatalkan peluang Ahok yang mungkin akan mengubah Jakarta lebih dahsyat lagi jika ia terpilih sebagai gubernur kembali dan tidak dihukum.

Begitu banyak hal penting yang terbuang hanya karena buruknya public relation sang pemimpin. Begitu banyak hal utama yang tak jadi diraih jika singa tak mengenali sekawanan domba yang dipimpinnya.

Dengan vonis hakim di pengadilan, saatnya kita tutup kegaduhan Jakarta. Kita buka bab baru sambil mengenang pentingnya pemimpin peka dan positif terhadap sentimen agama masyarakat. Dan pentingnya pemimpin peduli pada public relation.

Sekawanan domba memang akan lebih powerfull jika dipimpin singa. Dan sang singa akan dicintai kawanan domba jika bisa ia mengambil hati mereka.

 

*DR Denny JA, Pendiri Lingkaran Survei Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement