Jumat 05 May 2017 17:55 WIB

BNPB Catat 1.087 Kejadian Bencana Sepanjang 2017

Rep: Dea A Soraya/ Red: Yudha Manggala P Putra
Longsor. Ilustrasi
Foto: Antara
Longsor. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bencana hidrometeorologi atau bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti banjir, longsor, puting beliung terus meningkat. Menurut dia, selama kurun waktu dari awal 2017 hingga saat ini, tercatat 1.087 kejadian bencana terjadi di wilayah Indonesia.

Dia mengungkapkan, dampak bencana yang ditimbulkan telah menyebabkan 166 jiwa meninggal dan hilang, 313 jiwa luka-luka, dan 1.036.362 jiwa menderita dan mengungsi. Dia menjelaskan, bencana juga menyebabkan 14.117 unit rumah rusak yaitu 2.578 rumah rusak berat, 2.315 rumah rusak sedang dan 9.224 rumah rusak ringan.

“453 fasilitas publik pun rusak seperti 266 sekolah dan madrasah, 161 fasilitas ibadah dan 26 fasilitas kesehatan,” tambah Sutopo, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (5/5) sore.

Bencana ini, menurut Sutopo memerosotkan kesejahteraan masyarakat, karena menghilangan harta benda yang dikumpulkan warga selama bertahun-tahun. Dia mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa bencana menimbulkan kemiskinan absolut, dimana petani yang terjerat kredit usaha tani makin bertambah utangnya ketika bencana merusak lahan pertaniannya.

“Apalagi sebagian besar bencana terjadi di pedesaan dengan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah  yang menderita terkena bencana,” ungkap dia.

Hingga pertengahan Mei 2017, dia memperkirakan hujan ekstrem masih berpeluang terjadi selama musim pancaroba ini. Perubahan cuaca yang mendadak diikuti hujan lebat, menurut Sutopo dapat memicu terjadinya banjir, longsor, banjir bandang dan puting beliung.

Dia mengatakan, saat ini frekuensi hujan berintensitas tinggi makin sering terjadi, karena dampak perubahan iklim global. Degradasi lingkungan dan lahan kritis yang luas, menurut dia juga menyebabkan daerah makin rentan terjadi bencana.

“Sekitar 64 juta jiwa masyarakat Indonesia terpapar dari bahaya banjir sedang hingga tinggi sedangkan 41 juta jiwa terpapar oleh bahaya longsor sedang hingga tinggi,” ujar Sutopo.

Pengurangan Risiko Bencana (PRB), menurut dia adalah investasi pembangunan, mengingat pencegahan bencana lebih efektif dan efisien daripada penanganan darurat bencana karena bencana dengan dampaknya sudah terjadi ketika tidak ada pencegahan.

Dia mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap 1 US$ yang digunakan untuk PRB maka dapat mengurangi kerugian akibat bencana sekitat 7-40 US$. Dia juga menghimbau masyarakat untuk selalu waspada selama musim pancaroba.

"Kenali ancamannya dan kurangi risikonya. Saat terjadi cuaca mendung kemudian diikuti hujan hendaknya masyarakat selalu waspada,” imbau dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement