REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah lembaga survei dinilai merupakan lembaga titipan lantaran hasil surveinya berbeda jauh dengan hasil perhitungan KPU DKI. Ketua Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Philips Vermonte pun menilai, jika terdapat lembaga yang menunjukan hasil riset yang berbeda merupakan hal yang wajar. Sebab, kata dia, lembaga tersebut juga telah menginformasikan adanya tingkat kesalahan (margin of error) dalam hasil survei yang dilakukan.
“Dari sisi lembaga survei, mereka sudah kasih tahu bahwa ada margin of error. Jadi kalau bahwa salah tidak ada apa-apa. Yang penting prosesnya dilaporkan dengan jujur,” kata dia saat dihubungi Republika, Senin (24/4).
Menurut dia, tak ada aspek politis dalam perbedaan hasil survei dengan perhitungan KPU DKI dalam pilkada putaran kedua ini. Selain itu, Philips juga mengatakan, lembaga-lembaga survei juga telah melaporkan proses riset dengan jujur.
“Sebetulnya tidak ada aspek politis karena lembaga-lembaga itu sudah mengingatkan hasilnya masih margin of error, sudah memberikan batasan bagaimana harusnya dibaca. Lembaga survey juga sudah melaporkan dengan jujur saat merilis hasil,” ujar Philips.
Lebih lanjut, adanya laporan ini akan dijadikan sebagai pembelajaran lembaga-lembaga survei. Sebab, kata dia, keberadaan lembaga survei di Indonesia memang belum lama. Karena itu, lembaga-lembaga survei juga akan terus mempelajari proses dan perkembangan metodologi riset serta berbagai tantangan lainnya di lapangan.
“Nanti mau bikin workshop Persepi, mau sharing pengalaman karena (lembaga) survei itu memang belum lama di Indonesia. Ada usaha untuk memperbaiki diri dari sisi metodologi sehingga survei diselenggarakan dengan baik,” kata dia.
Ia pun mengatakan, dalam pemilu tahun 2014, Persepi pernah melakukan audit bagi seluruh anggotanya. Bahkan, bagi anggota yang menolak untuk dilakukan audit maka dikeluarkan keanggotaanya dari Persepi.