Ahad 16 Apr 2017 14:43 WIB

Warga Jakarta Diingatkan Jaga Rahasia Pilihan di Masa Tenang

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nur Aini
Warga berpartisipasi dalam bentuk tanda tangan sebagai bentuk dukungan terhadap Pilkada Damai saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan M.H Thamrin, Jakarta, Ahad (16/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga berpartisipasi dalam bentuk tanda tangan sebagai bentuk dukungan terhadap Pilkada Damai saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan M.H Thamrin, Jakarta, Ahad (16/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki masa tenang di Pilkada DKI, Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) mengingatkan kepada warga Jakarta yang memiliki hak pilih untuk tetap menjaga kerahasiaan agar masa tenang tetap terjaga.

Koordinator Nasional JPPR Masykurudin Hafidz mengatakan masa tenang adalah dimulainya kemandirian pemilih untuk menentukan pilihan. Sementara, salah satu prinsip Pilkada adalah rahasia.

"Kebebasan pemilih untuk menentukan pasangan calon hanya diketahui oleh pemilih itu sendiri," terangnya kepada Republika.co.id, Ahad (16/4).  

Setelah mendengar dan melihat gagasan pasangan calon untuk perbaikan Jakarta lima tahun mendatang, masa tenang adalah waktu dimana pemilih mempelajari, membandingkan, dan menentukan pilihannya untuk hari pemungutan nanti. Pemilih memberikan suaranya tanpa paksaan dari siapapun.

Nilai kemandirian menjadi penting karena satu suara begitu bermakna. Karena itu ia menilai, semestinya di masa-masa tenang ini sudah tidak ada lagi praktik kampanye, dari yang terselubung maupun yang terang-terangan.

"Pasangan calon, tim kampanye, tim sukses dan seluruh pendukung menghentikan seluruh kegiatannya dalam mempengaruhi pilihan pemilih," katanya.

Menurutnya, kini saat beralih fokus kepada persiapan pemungutan dan penghitungan suara. Periksa kembali apakah para saksi di TPS telah mempunyai kemampuan standar untuk menjaga pelaksanaan pemungutan suara berjalan langsung umum bebas dan rahasia (luber) dan jujur adil (jurdil).

Masykurudin menilai koordinasi intensif dengan penyelenggara Pemilu dapat dilakukan lebih awal agar terjamin komunikasi yang baik nantinya. Terutama bagi Bawaslu, menjaga kerahasiaan pilihan masyarakat Jakarta tidak hanya memberikan himbauan dan seruan publik.

Akan tetapi, menurutnya akan lebih baik meningkatkan kerja pengawasan dengan terus turun bergerak dan berkeliling ke sudut-sudut Jakarta memastikan tidak ada politik uang sekaligus menindak langsung di tempat jika menemukan praktik transaksional tersebut.  Bawaslu DKI juga perlu membuka mata lebih tajam dan bergerak langsung turun lapangan selama 24 jam, serta mengutamakan seruan moral. Bagi masyarakat pemilih, kebebasan memilih dan kerahasiaan pilihan diwujudkan dengan saling menghormati perbedaan pilihan tersebut.

Menurutnya, tidak perlu ada hujatan, pelecehan dan ancaman antarsatu sama lain karena di hadapan Pilkada, setiap suara bernilai sama. Kesetaraan nilai suara menunjukkan kesamaan derajat pemilih. Beragam pertimbangan dalam menentukan pilihan, tidak ada cara lain, kecuali saling menghormati. "Mari jadikan masa tenang, benar-benar tenang," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement