REPUBLIKA.CO.ID, ROTE -- Anak-anak Rote Ndao dikhawatirkan sudah tidak bisa lagi menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Sebab, selama di sekolah mereka diajarkan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
''Sekarang anak-anak Rote tidak bisa bahasa daerahnya,'' kata Bupati Kabupaten Rote Ndao Leonard Hanning, di Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Rabu (13/4).
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao John Pandie menilai, dengan tidak bisa berbahasa daerahnya sendiri, anak-anak Rote bisa kehilangan jati diri mereka. '"Anak-anak di kampung sambutannya pakai bahasa Indonesia,'' ujar Pandie.
Dari dua sekolah, yaitu SD Inpres Pakodanon dan SD Inpres Oeno di Rote Selatan, memang berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Hanya logatnya saja yang memang khas orang timur
Oleh karena itu, Pandie mengatakan Bupati Rote Ndao sampai-sampai mengeluarkan instruksi, agar semua sekolah di Rote mengajar dengan menggunakan bahasa daerah, paling tidak satu sampai tiga bahasa daerah. Karena di Rote Ndao ada sekitar 17 dialek, karena bahasa Rote dan Ndao itu berbeda.
Meski demikian, Pandie menilai 60-70 persen anak-anak Rote masih bisa menggunakan bahasa daerahnya. Ini pun karena tidak semua anak sekolah di kota. "Anak di kampung bahasa pengantar pakai bahasa daerah," jelas dia.
Masalahnya, lanjut Pandie, karena kemajuan pendidikan, guru-guru mengajar dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tidak ada pula buku yang ditulis dengan bahasa daerah, melainkan pakai bahasa Indonesia.
''Dulu dilarang pakai bahasa daerah. Kalau tidak bisa bahasa Indonesia, tidak bisa belajar dengan baik. Sejak lahir orang tua berbahasa Indonesia,'' kata dia.