REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari Universitas al-Azhar Indonesia Zaenal A Budiyono menilai, tidak ada yang salah dengan dukungan PPP (kubu Romahurmuziy) pada kubu Basuki Tjahaja Purnama. Menurut dia, hal ini sah-sah saja secara politik. Masalahnya, kata dia, bukan pada letak dukungan, tapi pada pergolakan partai PPP sendiri.
"Dukungan ini adalah bentuk politik prosedural yang hanya sebagian kecil dari political game itu sendiri. Dukungan ini sulit dicari landasan ideologis maupun historisnya," kata Zaenal pada Republika.co.id, Kamis (30/3).
Di luar prosedur politik ada ideologi, nilai dasar perjuangan, visi, dan karakter masing-masing partai. Hal-hal ini pula yang membedakan antara partai satu dengan partai lainnya. Bahkan bisa dikatakan bila partai tidak memiliki ideologi yang kuat dipegang para kadernya, ia tak lebih dari organisasi biasa dan bukan partai politik.
Direktur eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) ini mengatakan, ideologi dan nilai dasar ini pula yang menuntut ke mana partai berjalan dan memberi warna kehidupan suatu bangsa. "Di luar negeri, kita melihat misalnya, partai Hijau, yang dalam perjuangan politiknya hampir semua program-programnya mengarah pada kelestarian lingkungan," katanya.
Di Indonesia, PPP merupakan partai Islam tertua yang masih eksis hingga saat ini. PPP menganut asas Islam yang menjadi ruh perjuangan kader-kadernya. Dalam penjaringan dukungan untuk kontestasi politik, PPP juga tidak ekslusif dan tertutup.
"Mereka membuka diri dengan tokoh-tokoh berprestasi. Seperti yang mereka tulis di website resmi, PPP menyatakan bahwa, '...sebaik-baiknya orang yang berhak dicalonkan sebagai pejabat publik oleh PPP adalah orang yang memberikan sumbangsih besar kepada umat Islam, baik melalui PPP atau melalui organisasi Islam lainnya'," kata Zainal.
Lebih lanjut, ia mengutip kata-kata lain seperti 'lebih baik mencalonkan aktivis organisasi Islam sebagai pejabat publik yang telah memberikan sumbangsih kepada organisasi Islamnya daripada mencalonkan kader PPP tidak jelas modal sosial dan sumbangsihnya kepada Islam dan umat Islam'.
"Maka dengan dukungan kubu Romi yang mengaku sebagai PPP resmi ke Ahok, sulit dicari landasan ideologis maupun historisnya," kata Zainal.