REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia Arif Susanto berpendapat, kedua Paslon Cagub-Cawagub yang berkontestasi di putaran dua Pilgub DKI 2017 memiliki tantangan untuk memperluas basis dukungan tanpa kehilangan loyalitas pemilihnya di putaran pertama. Sebab, kemenangan mereka sangat ditentukan oleh loyalitas pemilihnya di putaran pertama.
"Sejauh ini kantung-kantung dukungan bagi kedua paslon (Anies-Sandi dan Ahok-Djarot) sangat bergantung pada loyalitas pemilih mereka pada putaran pertama. Tantangannya adalah bagaimana memperluas basis dukungan tanpa kehilangan loyalitas dari pemilih awal mereka," kata Arif kepada Republika.co.id, Kamis (23/3).
Tantangan kedua paslon dalam merebut kemenangan semakin berat karena harus berlomba merebut suara pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya di putaran pertama. Apalagi, pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya di putaran pertama terbilang besar, yakni mencapai 1,7 juta pemilih.
"Tantangan ini semakin kuat karena jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya pada putaran pertama mencapai hampir 1,7 juta," ucap Arif.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil rekapitulasi KPU DKI, jumlah pemilih golongan putih (Golput) di putaran pertama Pilgub DKI Jakarta 2017 masih cukup tinggi. Jumlah persentase masyarakat yang tidak ikut serta memilih atau datang ke TPS mencapai 24,3 persen atau setara dengan 1,7 juta pemilih.