REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilkada DKI Jakarta masih berlanjut hingga putaran kedua. Namun ada yang menonjol terkait isu yang dimainkan di Pilkada DKI yaitu isu agama. Isu ini dinilai membuat nuansa politik DKI Jakarta cukup panas.
Pengamat politik LIPI, Siti Zuhro mengatakan, jika poinnya mengacu kepada kasus Al-Maidah 51, artinya yang memunculkan isu agama bukan dari umat muslim. Namun justru sebaliknya dimunculkan oleh pejawat.
“Itu lugas kita harus jernih berpikir menurut saya jangan lalu kalau kita membicarakan ini berarti tidak bineka tunggal ika, gak ada urusane (tidak ada urusannya),” ujar Siti kepada republika, Ahad (19/3).
Menurut Siti, kasus Al-Maidah harus dilihat dari sisi fakta yang ada atau dalam politik perlu dilihat secara empirik. Menonjolnya isu agama sejak putaran pertama akibat kasus al Maidah 51 karena respons muslim atas isu yang dimunculkan oleh pejawat.
Umat muslim, lanjutnya, merespons secara kolektif dan serius atas isu tersebut. Di mana kasus ini hingga sekarang masih belum tuntas sehingga isu tersebut masih terus terjadi hingga putaran kedua berlangsung.
“Ini yang tidak tuntas masih sampai saat ini justru karena ada putaran kedua yang memungkinkan saling berhadapan itu yang akan memunculkan polarisasi,” kata Siti.