REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 14 telur komodo dragon menetas di Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor sejak Kamis (2/3) pekan lalu. Kempat belas telur tersebut merupakan sebagian dari 26 butir telur berkualitas baik yang dihasilkan dari perkawinan indukan Komodo di exhibit TSI Bogor pada 17 Agustus 2016.
"Mulai menetas sebanyak 11 ekor pada Kamis, 2 Maret 2017 sekitar pukul 14.00 WIB, dan kemudian bertambah lagi 3 ekor sehingga jumlah total 14 ekor," ungkap TSI dalam keterangan pers diterima Republika.co.id, Senin (6/3).
Menetasnya komodo ini merupakan buah dari rencana kerja TSI Bogor yang dimulai 5 tahun lalu. Tim khusus “Komodo Breeding” dari Life Sciences dibentuk. Tim ini diketuai Drs. Jansen Manansang, dan terdiri dari Kurator, Dokter Hewan, Nutrition dan Keeper Reptil.
Diawali dengan mengumpulkan referensi perawatan dan studi banding ke beberapa tempat, seperti ke Republik Ceko, lalu lahirlah konsep, pemikiran, dan rencana kerja. Pertemuan rutin dilakukan untuk mengevaluasi sistem perawatan serta pemberian pakan khusus. Tujuannya, agar kesehatan indukan komodo siap untuk proses pembiakan (breeding).
Sebuah exhibit berukuran 20 x 18 x 12 meter dibangun didukung fasilitas dan sistem yang modern dan canggih. Ini berfungsi untuk memanipulasi lingkungan seperti di habibat aslinya yang dapat mengatur suhu, kelembaban serta mengatasi perbedaan ketinggian wilayah.
Energi yang dibutuhkan sebesar 28.000 Watt untuk meningkatkan suhu dari 18°C menjadi 40°C, serta menurunkan kelembaban dari 99 persen menjadi 60 persen. Hal ini dilakukan agar metabolisme komodo di dalam kandang dapat berjalan dengan baik.
Pada bulan April 2016 dilakukan USG dan terlihat pertumbuhan folikel di ovarium (struktur selular bundar yang ditemukan dalam ovarium yang berisi telur). Pada bulan Juni 2016 dilakukan penggabungan kedua komodo. Kemudian pada tanggal 21 dan 22 Juli 2016 terlihat adanya perkawinan.
Dan pada tanggal 17 Agustus 2016 lalu, TSI Bogor mendapat kado Hari Kemerdekaan berupa 26 butir telur komodo dengan kualitas baik. Telur-telur komodo ditempatkan di dalam inkubator dengan suhu dan kelembaban yang harus selalu stabil selama 6,5 bulan.
Akhirnya pada tanggal 2 Maret 2017 pada pkl. 14.00, 11 ekor komodo berhasil menetas, dan bertambah lagi 3 ekor. Setidaknya 7 butir telur lagi diperkirakan menetas 2 minggu ke depan.
Setelah menetas, tim melakukan pembersihan, pengukuran dan penimbangan badan terhadap anakan komodo. Kandang perawatan serta pakan disiapkan untuk mendukung perawatan dan perkembangan dari anakan komodo. Tim Komodo Breeding tiap saat memantau pertumbuhannya.
"Menetasnya komodo menjadi prestasi tersendiri bagi Taman Safari Indonesia di bidang konservasi, setelah sebelumnya berhasil mengembangbiakan berbagai jenis satwa satwa langka endemik Indonesia lainnya," ujar pihak TSI.