Rabu 15 Feb 2017 12:54 WIB

Saat Tahanan KPK Ikut Nyoblos Pilkada Jakarta, Siapa yang Dipilih?

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Tujuh tahanan KPK usai menggunakan hak pilihnya di teras rutan KPK, di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/2).
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Tujuh tahanan KPK usai menggunakan hak pilihnya di teras rutan KPK, di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebanyak tujuh tahanan KPK memberikan hak suaranya pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2017 di teras rutan KPK, gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/2). Tujuh tahanan ini tiba di gedung lama KPK pada sekitar pukul 10.30 WIB.

Usai turun dari mobil tahanan, mereka yang mengenakan seragam oranye tahanan KPK ini langsung memasuki ruang tahanan untuk menunggu waktu pencoblosan. Awak media pun menunggu sejenak di area khusus yang berjarak lima meter dari bilik suara.

Tak lama kemudian, mereka pun satu per satu keluar untuk mencoblos di bilik suara. Rajesh Rajamohan Nair menjadi yang pertama mencoblos. Pria yang tersangkut kasus pengemplangan pajak PT Eka Prima ini tetap diam saat menuju bilik suara. Setelah mencoblos, ia melambaikan tangannya.

Awak media tak henti-hentinya bersorak agar diberitahu siapa yang dipilih Rajesh. Berbagai celetukan pun terus diutarakan. "Milih siapa pak, kasih tahu dong pak..," celetuk seorang pewarta. Rajesh pun berhenti sejenak di hadapan media, dan menunjukan satu jari yang telah dipoles tinta ungu.  

Kini giliran Fahmi Dharmaswansyah yang mencoblos. Pria yang terkena kasus suap pengadaan satelit monitoring di Bakamla ini keluar dengan sepatu kets hitam beralas putih. Usai nyoblos, ia menunjukkan jari kelingking kanannya yang sudah bertinta ungu.  

Setelah itu, Muhammad Adami Okta, tahanan kasus yang sama dengan Fahmi, yang mendapat giliran memilih. Seusai dia, kemudian berlanjut ke Basuki Hariman, tersangka kasus suap uji materi perkara di Mahkamah Konstitusi. Dia tersenyum sumringah usai mencoblos, sembari menunjukkan jari telunjuk kanannya yang telah dicelup ke tinta ungu.

Tahanan keempat yang memilih, Mohammad Sanusi. Saat tersangka kasus raperda zonasi wilayah laut dan raperda rencana tata ruang kawasan di Jakarta Utara ini muncul, awak media kembali menyeletuk. Mantan politisi Partai Gerindra ini digoda-goda untuk memberitahukan siapa yang akan dipilihnya.

Sanusi tampaknya sedang bergembira di hari pencoblosan ini. Sedari awal ia terus mengumbar senyuman kepada awak media. Dan setelah mencoblos, dengan santai dia unjukkan bukti coblosannya lewat jarinya. Ternyata, dia tidak hanya mencelupkan satu jarinya ke tinta, tapi tiga jarinya pun dicelupkan ke tinta ungu itu.

Setelah dibujuk-bujuk, Sanusi menyampaikan sedikit komentar soal siapa yang dipilihnya. "Yang penting bukan dua," tutur dia sambil menunjukan tiga jari yang sudah berungu itu.

Kemudian, giliran Andi Taufan Tiro yang memilih. Dia adalah terdakwa kasus suap proyek Kementerian PUPR. Pria berkacamata ini, usai keluar dari bilik suara, langsung menunjukkan dua jarinya sambil berjalan masuk kembali ke dalam gedung.

Tahanan terakhir yang memilih, Andi 'Choel' Mallarangeng. Ia terus mengumbar senyuman sebelum memberikan hak suaranya. Dia adalah adik dari Andi Mallarangeng, mantan Menteri Pemuda dan Olah Raga era Presiden SBY. Choel tersangkut korupsi yang sama dengan abangnya, yakni proyek Hambalang.

Setelah dari bilik suara, Choel langsung memperlihatkan jari telunjuk tangan kanannya, yang telah berungu. Dia tersenyum lebar hingga giginya terlihat semua. Para pewarta terus menyeletuk, ingin tahu siapa yang dicoblos Choel. "Yang penting bukan dia," jawabnya.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah menuturkan, ada 14 tahanan yang ber-KTP DKI Jakarta. Dari 14 tahanan tersebut, pihaknya memberikan kesempatan dan memfasilitasi agar mereka bisa melakukan pencoblosan di Gedung KPK lama, ground kantor C1, Rabu (15/2). "Untuk pemilihan, tahanan tetap gunakan baju tahanan," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement