REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Subiyanto Hadi, mengatakan penemuan sapi yang diduga terkena antraks di Kabupaten Kulon Progo beberapa waktu lalu memengaruhi omzet pedagang daging setempat.
"Berkaitan dengan kondisi menyangkut antraks dan kecenderungan merebaknya berita itu signifikan berpengaruh terhadap konsumen masyarakat yang terbiasa makan daging," kata Subiyanto di Bantul, Kamis (2/2).
Menurut dia, akibat dari penurunan permintaan konsumen mengakibatkan omzet penjualan daging yang berasal dari luar daerah dan masuk ke Bantul menjadi turun drastis.
Ia mengatakan penurunan omzet pedagang daging itu diketahui ketika tenaga lapangan Dinas Perdagangan Bantul melakukan pemantauan ke pasar-pasar tradisional.
"Dengan adanya berita antraksi, maka pedagang daging sapi mengaku omzetnya turun. Karena imbas dari itu konsumen yang datang berkurang, tapi kalau yang punya hajat tetap beli," katanya.
Meski mengalami penurunan omzet penjualan daging, Subiyanto mengatakan pedagang tidak mengalami kerugian karena pedagang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun mengantisipasi dengan kulakan lebih sedikit.
"Pedagang sudah mengurangi dagangannya, dan di Bantul itu juga ada Paguyuban Pengusaha Daging Sapi (PPDS) Segoroyoso, mereka sudah berpikir daripada tidak terserap, pemotongan sapi sesuai permintaan saja," katanya.
Menurut dia, meski isu atau dugaan sapi terkena antraks sempat santer terdengar, namun berdasarkan hasil koordinasi dengan Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul, sapi yang kena penyakit itu tidak ditemukan di Bantul.
"Karena itu kami mengimbau beli daging dari Bantul saja, masyarakat jangan hanya tergiur masalah harga murah karena kualitasnya belum tentu baik," katanya.