Rabu 25 Jan 2017 23:07 WIB

Waspadai Buku Sekolah Bergambar Palu Arit

Buku kisi-kisi UN SMA bergambar palu arit di salah satu halamannya ditemukan di Ciamis.
Foto: Foto: Polda Jabar
Buku kisi-kisi UN SMA bergambar palu arit di salah satu halamannya ditemukan di Ciamis.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Anggota Komisi I bidang hukum dan pemerintahan DPRD Kalimantan Selatan H Murhan Effendie mengajak semua elemen bangsa, terlebih para pemangku kepentingan agar mewaspadai kemungkinan beredarnya buku sekolah bergambar palu arit.

"Pasalnya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sudah dua kali mau mengobok-obok Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila, menggunakan tanda gambar palu arit, yaitu tahun 1948 dan 1965," ujarnya di Banjarmasin, Rabu (25/1).

"Apalagi kalau buku pelajaran sekolah berisikan paham Marx (Marxisme), perlu kita waspadai," lanjut mantan Ketua DPRD dan Wakil Bapati Tabalong, Kalimantan Selatan (Kalsel) tersebut.

Politikus Partai Golkar itu berharap, kejadian seperti di Provinsi Jawa Barat (Jabar) dengan adanya temuan buku pelajaran sekolah berbahasa Inggris bergambarkan patu arit tersebut beberapa waktu lalu tidak terjadi Kalsel. Buku sekolah berbahasa Inggris dan bergambar palu arit terbitan Waru, Jawa Timur (Jatim) itu sempat menghebohkan masyarakat "Bumi Siliwangi" atau "Tanah Pasundan" Jabar serta membuat sibuk kepolisian setempat menertibkan.

Laki-laki berusia 63 tahun itu menyarankan, kalau ada yang menemukan buku sekolah agar segera melaporkan kepada pihak berwajib atau kepolisian supaya secepatnya pula bisa ditindaklanjuti. Selain itu, pihak berwenang atau aparat agar proaktif memantau buku-buku pelajaran sekolah supaya jangan sampai kecolongan seperti halnya di Jabar.

"Kita tidak ingin generasi bangsa terpengaruh paham komunis (komunisme) atau marxisme, yang pada gilirannya secara perlahan, dan tidak sadar menghilangkan Pancasila sebagai dasar NKRI dan falsafah bangsa yang menganut Ketuhanan Yang Maha Esa," katanya.

Dia mengatakan karena walau PKI dan ajaran komunis masih terlarang di Indonesia, namun antek-antek mereka tidak tinggal diam dan terus melakukan gerakan dengan gaya barunya. "Sehingga sulit terdeteksi, terkecuali kalau kita atau aparat betul-betul jeli," kata Murhan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement