REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rektor UII, Harsoyo mengakui adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh panitia pada peserta The Great Camping Mapala UII di Hutan Gunung Lawu. Hal tersebut diketahui dari hasil investigasi internal yang dilakukan oleh pihak rektorat.
"Memang ada kekerasan. Pengakuan dari anak-anak (panitia), dipukul pakai ranting. Tapi karena ada yang masih takut-takut juga untuk bercerita, ini masih kita dalami," kata Harsoyo saat ditemui di Rumah Sakit Bethesda, Selasa (24/1).
Berdasarkan keterangan ketua panitia, pada saat kegiatan berlangsung, di tempat acara memang sedang hujan. Sehingga banyak kerikil pasir yang menggores-gores badan peserta. Di sisi lain peserta juga disuruh merangkak melewati medan Diksar.
Guna menggali informasi lebih dalam, tim investigasi internal kampus pun melibatkan psikolog dalam membedah kasus ini. Harsoyo mengemukakan, jika ditemukan pelanggaran berat oleh oknum mapala, pihak kampus akan memberikan tindakan sesuai prosedur.
Salah satu hukuman paling berat, pelaku dapat dikeluarkan dari kampus. Sementara untuk proses hukum yang berjalan diserahkan langsung pada pihak yang berwenang. Adapun sampai saat ini pihak kepolisian belum melakukan penyelidikan ke UII.
Guna mencegah korban meninggal, rektorat pun kembali melakukan pemeriksaan kesehatan pada peserta Diksar Mapala UII. "Hari ini kami panggil lagi semua peserta Diksar ke JIH untuk pemeriksaan medis ulang. Biaya kami tanggung semua," kata Harsoyo.
Sementara itu, Alumni Mapala UII, Budi Wibowo (58) mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi saat ini. Berdasarkan pengalamannya, baru kali ini terjadi kekerasan dalam kegiatan Mapala UII. Karena sebelumnya, aktivitas fisik dalam kegiatan Diksar UII hanya berupa jalan kaki. Sementara kegiatan lain berupa pengenalan pada masyarakat.
Menurutnya, kegiatan Diksar di Area Gunung Lawu sendiri baru berlangsung selama tiga hari ini. Sebelumnya dilaksanakan di Lereng Merapi. "Kami alumni Mapala UII perihatin sekali. Kami kaget juga dengan peristiwa ini," kata Budi.