REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI hingga kini belum bisa memastikan penyebab salah satu warga meninggal terduga antraks. Kemenkes masih menanti proses uji laboratorium terkait dugaan adanya bakteri antraks yang menjadi sebab meninggalnya salah satu pasien di RSUP dr Sardjito pada 6 Januari lalu.
"Kami sudah turun langsung ke lokasi dan mengambil sampel untuk uji laboratorium. Namun, prosesnya masih berlangsung dan belum bisa dipastikan tentang dugaan kematian pasien akibat antrax atau bukan, " ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Oscar Primadi, ketika dikonfirmasi Republika, Ahad (22/1).
Dirinya belum dapat memastikan kapan uji laboratorium selesai. Menurut dia, masyarakat Yogyakarta diharap tidak panik akibat temuan ini.
Pihaknya pun mengonfirmasi bahwa kabar adanya 15 pasien asal Kulon Progo yang dirawat di RSUP Dr Sardjito tidak benar. Rumah sakit itu hanya merawat satu pasien yang diduga tertular virus antraks. Masyarakat diimbau tidak khawatir karena rumah sakit aman untuk berkunjung maupun berobat.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo telah melakukan investigasi bersama dengan Dinas Peternakan, Field Epidemiology Training Program (FETP) Fakultas Kedokteran UGM, INA RESPOND Litbangkes, Balai Besar Veteriner Wates dan RSUP Dr Sarjdito terhadap temuan penularan virus antraks. Hasil investigasi selanjutnya akan diverifikasi oleh Kemenkes. Tim memastikan tidak ada kasus tambahan pada manusia.
"Hingga saat ini tidak ada tambahan korban yang diduga tertular virus antraks," kata Oscar.
Dia menambahkan, masyarakat di Kulon Progo tidak perlu takut mengkonsumsi daging sapi asalkan daging tersebut sehat. Warga juga diminta mengkonsumsi daging bersertifikat, daging harus dimasak sempurna dengan suhu >100 derajat Celcius selama 5 – 10 menit, serta selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).