REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dan intelejen Susaningtyas Kertopati menyebut bahwa sudah saatnya Pemerintah melakukan pembelian alat utama sistem pertahanan (Alutsista). Dengan alat pabrikan baru dan tidak didapat dari hibah, maka pertahanan termasuk di sektor penerbangan bisa semakin baik.
"Peremajaan pesawat masih bisa, asal jangan kanibalisasi. Tapi sebaiknnya beli saja dengan pola pembelian yang memungkinkan," kata Susaningtyas, Rabu (18/1).
Selama ini, Pemerintah selain mengandalkan anggaran dalam negeri untuk membeli alat pertahanan udara yakni pesawat, sering juga menggunakan skema hibah. Pesawat seperti F-16 atau Hercules masih banyak didatangkan dari 'bekas' negara sahabat.
Menurutnya, pesawat yang didatangkan melalui hibah tidak selamanya jelek. Sebab, cukup banyak pesawat hibah yang memiliki kemampuan baik dan bisa digunakan dalam rentang waktu lama.
Meski demikian, Pemerintah tetap harus memeriksa keadaan alat penerbangan tersebut. Jangan sampai setelah digunakan oleh militer atau pihak lain, justru menimbulkan masalah dan berujung pada kecelakan penerbangan.
"Ya sebaiknya untuk hibah dipelajari dulu apa ada yang mendesak dari alutsista tersebut," paparnya.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto berjanji akan memperbaiki perencanaan sebelum penerbangan angakatan udara dilakukan. Hal ini dilakukan agar penerbangan bisa lebih aman setelah cukup seringnya eksiden dan kecelakaan udara di dunia penerbangan TNI.
Hadi menjelaskan, pihaknya saat ini tengah mengevaluasi sejumlah kecelakaan penerbangan yang terjadi akhir-akhir ini. Temuan dari evaluasi ini nantinya akan menjadi koreksi sehingga kecelakan tidak kembali menimpa dan menimbulkan korban baru.
"Benar-benar akan saya awasi dan turun ke bawah," kata Hadi di Istana Presiden.