Rabu 18 Jan 2017 12:02 WIB

Ribuan Tanaman Herbal di Indonesia Belum Optimal Dimanfaatkan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Obat Herbal
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Obat Herbal

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Setidaknya 30 ribu spesies tumbuhan ada di hutan tropis Indonesia. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui memiliki khasiat obat.

"Sayangnya belum semuanya dimanfaatkan untuk pengobatan. Baru 200 spesies saja yang telah digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional," tutur pakar farmasi, Ratna Asmah Susidarti.

Ia menyampaikan, pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat juga belum dilakukan secara maksimal di level global. Dari sekitar 250 sampai 500 ribu spesies tumbuhan yang ada di dunia, hanya 15 persen yang telah diteliti secara fitokimia. Sedangkan tanaman yang telah diuji aktivitas biologisnya baru sekitar enam persen.

Sementara data penelitian menunjukkan terdapat 122 senyawa yang dapat digunakan sebagai obat. Seluruh senyawa tersebut peroleh dari 94 spesies tanaman yang 80 persen di antarnya telah digunakan sebagai obat rakyat.

Dari kondisi tersebut, Ratna melihat peluang penemuan berbagai senyawa aktif baru dari tumbuhan untuk dimafaatkan sebagai obat masih terbuka lebar. Menurutnya, penggunaan sumber botani tanaman sebagai titik awal dalam program pengembangan obat sangat bermanfaat.

Salah satunya adalah sebagian besar pemilihan calon speies tumbuhan untuk penelitian didasarkan pada penggunaan jangka panjang oleh manusia. "Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa senyawa aktif yang diisolasi dari tanaman tersebut cenderung lebih aman dibandingkan yang berasal dari tanaman yang tidak memiliki riwayat digunakan manusia," ujar Ratna.

Disamping itu, menurutnya, isolat asal yang diperoleh bisa langsung digunakan sebagai obat. Bahkan dikembangkan menjadi molekuk baru untuk mengatasi keterbatasan dari molekul asal. Misalnya modifikasi senyawa anestesi lokal kokain yang bersifat kompleks menjadi senyawa sederhana yaitu benzokain dan kuinin sebagai anti malaria menjadi kuinidin untuk obat jantung.

Namun, di sisi lain pengembangan obat dari sumber daya alam memiliki sejumlah kelemahan. Salah satunya eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam akibat komersialisasi produk. Kebutuhan akan bahan baku tanaman obat yang tinggi sementara ketersedian bahan baku semakin terbatas. Selain itu, pengembangan obat dari tanaman juga membutuhkan biaya tinggi dalam proses ekplorasinya.

Meski begitu, Ratna menegaskan upaya pemanfaatan tanaman obat di Indonesia perlu dilakukan. Langkah tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat besar  bagi masyarakat. "Namun pemanfaatannya diharapkan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan," katanya.

Menurutnya, riset terintegrasi, komperehensif, dan berkeseinambungan untuk penemuan dan pengembangan obat baru juga harus digalakkan. Pemerintah diharapkan mampu menyediakan dana dan peralatan yang dapat menunjang pelaksanaan riset agar berhasil dan berdaya guna. "Harapannya dengan pengembangan obat baru dalam negeri ini dapat mengurangi ketergantungan obat dari luar negeri," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement