REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir Bima mengakibatkan jembatan jalur provinsi yang menghubungkan Kota Bima NTB dan Kecamatan Sape putus, Rabu (21/12). Banjir juga menyebabkan ribuan rumah terendam dan jalur komunikasi di kota Bima terputus.
"Saat ini dibutuhkan food item, air bersih, hygenis kits dan selimut perlengkapan tidur dan obat obatan," kata Subur Rojinawi swlaku Koordinator Tim Rescue PKPU, dari lokasi.
Selain itu, juga diperlukan alat evakuasi, seperti perahu, tenda darurat, selimut, air bersih, makanan, obat-obatan dan pakaian. Masyarakat yang dievakuasi sebanyak 50 orang di Paruga To’i dan satu unit jembatan provinsi putus.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, H. Muh Rum mengatakan, warga yang terkena dampak banjir tersebut sedang berupaya menyelamatkan diri ke tempat-tempat yang dinilai aman.
Pemerintah dibantu anggota TNI, POLRI, MDMC, dan sejumlah relawan lain masih berupaya melakukan evakuasi dan penanganan bagi warga yang luka-luka akibat berusaha menyelamatkan diri. Begitu juga halnya dengan para tahanan Lapas Kota Bima, terpaksa harus dievakuasi lantaran Lapas juga ikut terendam. Rum memaparkan, ketinggian genangan air mencapai dua meter di wilayah Lewirato, Sadia, Jati Wangi, Melayu, Pena Na’e.
“Semua wilayah ini berada di Kota Bima,” katanya.
Laporan sementara untuk Kabupaten Bima, terdapat 25 rumah rusak berat yakni berada di Desa Maria Utara. Lima rumah dilaporkan hanyut, tiga unit masuk katagori rusak sedang di desa Kambilo. “Kami masih koordinasikan dengan pihak terkait untuk evakuasi cepat,” katanya.