Jumat 23 Dec 2016 15:42 WIB

Kapolres Solo: Umat Muslim Jangan Bertindak Sendiri

Rep: Andrian Saputra/ Red: Fernan Rahadi
Kapolresta Surakarta, Kombespol Ahmad Lutfi terjun langsing mengawal masa yang melakukan demonstrasi bela Al Quran di Solo pada Jumat (4/11) siang.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Kapolresta Surakarta, Kombespol Ahmad Lutfi terjun langsing mengawal masa yang melakukan demonstrasi bela Al Quran di Solo pada Jumat (4/11) siang.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Kapolresta Surakarta Kombespol Ahmad Lutfi meminta umat Muslim Solo untuk tidak bertindak sendiri saat mendapati tempat-tempat yang melakukan pelanggaran berhubungan dengan kemaksiatan dan penyakit masyarakat. Dia mengimbau umat muslim Solo untuk berkoordinasi dengan aparat kepolisian, Pemerintah Kota Surakarta dalam menyelesaikan setiap permasalahan. 

“Kami meminta tidak bertindak sendiri, silakan berkoordinasi dengan kami, beritahu kami untuk datan, jadi tidak sendiri. Tiap hari HT kita selalu bunyi untuk untuk menanggapi soal penyakit-penyakit masyarakat,” tutur Ahmad Lutfi. 

Dia menegaskan Polres Surakarta berkomitmen untuk memberantas segala bentuk penyimpangan dan pelanggaran hukum. Terlebih soal minuman keras dan penyakit masyarakat lainya.  “Tugas Polri juga untuk menegakan amar ma’ruf nahi munkar, jadi mari kita koordinasi bekerja sama,” tuturnya. 

Aksi ratusan umat muslim yang tergabung dalam Dewan Syariah Kota Solo itu dilakukan sehubungan dengan penangkapan delapan orang oleh Polda Jateng, yang diantaranya merupakan tokoh ormas di Solo. Penangkapan dilakukan lantaran diduga mereka terlibat dalam aksi sweeping dan tindak kekerasan di Social Kitchen, sebuah resto di Bajarsari pada Ahad (18/12) dini hari. Di antara yang tangkap merupakan Laskar Umat Islam, Edi Lukito dan seorang jurnalis dari Panjimas, Ranu Muda Adi Nugroho. 

Sementara itu, dalam aksi tersebut, koordinator aksi Bony Azwar menyampaikan umat muslim Solo mempunyai komitmen untuk menjaga kondusiviitas di Solo Raya. Kendati demikian, mereka tidak menginginkan adanya tempat-tempat maksiat di Solo Raya.

Oleh karena itu dia berharap pemerintah kota Solo dan aparat kepolisian menutup Social Kitchen. Dia juga meminta Polda Jateng untuk membebaskan delapan orang yang ditangkap sebelumnya. Sebab menurutnya mereka sama sekali tak terlibat dalam aksi sweeping itu. 

“Mereka itu datang baik-baik, dari keterangan mereka juga tidak tahu siapa yang melakukan penyerangan itu, mereka memakai penutup muka semua,” tuturnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement