Rabu 21 Dec 2016 19:19 WIB

'Stop Kekerasan pada Perempuan'

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Winda Destiana Putri
Kekerasan terhadap perempuan. (ilustrasi)
Foto: www.jawaban.com
Kekerasan terhadap perempuan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan mengatakan kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat. Banyak faktor yang menjadi penyebab perempuan mengalami kekerasan mulai dari ekonomi, sosial dan budaya, pola hidup dan rendahnya pendidikan.

Berdasarkan data P2TP2A yang mencatat hingga Oktober 2016 tercatat 1.189 kasus. Di mana 336 di antaranya kasus kekerasan dalam rumah tangga. "Kalau bicara kekerasan kita lihat nasional trennya memang meningkat. Tentu ini seperti fenomena gunung es, jadi yang dilaporkan dan yang terjadi di masyarakat tentu masih jauh lebih banyak yang belum atau tidak dilaporkan," kata Netty kepada Republika, di Pusdai Jawa Barat, Rabu (21/12).

Fenomena ini dikatakan Netty tentu memprihatinkan. Dimana setiap tahun diperingati Hari Ibu namun perlakuan kasar terhadap perempuan masib saja terjadi.

Netty mendorong kampanye Jabar Tolak Kekerasan yang di antaranya kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan tersebut harus dihentikan karena perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang harus dihormati. "Stop kekerasan terhadap perempuan. Kami sebagai bagian dari pemerintah melakukan penanganan, penerimaan dan layanan pendampingan hidup sampai pemberdayaan ekonomi," ujar Netty.

Menurutnya, peran pemerintah dalam hal ini bertanggung jawan mengedukasi masyarakat berkaitan dengan fenomena kekerasan yang masih dialami. Edukasi menjadi ranah penting dalam proses pencegahan.

Para perempuan diminta membentengi diri dari kekerasan yang dialami atau tidak segan melawan. Jika kekerasan terjadi maka perempuan harus berani melaporkan.

Pemprov Jabar dikatakannya sangat mendukung kampanye tolak kekerasan. Salah satunya dengan kampanye 'Jabar Tolak Kekerasan' yang beberapa waktu lalu digemakan. "Salah satunya yang sudah dicanangkan pada 18 Juli kemarin yaitu Jabar Tolak Kekerasan. Ini kerja lintas sektoral dengan unsur pemprov jabar. Kita ingin mencoba menggandeng semua sektor untuk menggulirkan program kerjanya dalam bingkai Jabar Tolak Kekerasan," tuturnya.

Dalam program ini, sosialisasi digencarkan ke sekolah-sekolah dan masyarakat. Sosialisasi ini dilakukan agar semua elemen terlibat dalam upaya menghentikan kekerasan pada perempuan. "Pembinaan ke anak, ke orangtua, dan masyarakat. Jadi mari sama-sama kita bangun sebagai lingkaran obat nyamuk. Karena bagaimanapun upaya yang bersifat struktur tidak akan berjalan baik tanpa partisipasi masyarakat," katanya.

Ia juga mengatakan kekerasan tak hanya rentan kepada perempuan tapi juga pada anak-anak. Sekolah ramah anak berbasis bebas kekerasan juga terus digulirkan Pemprov Jabar. "Kami akan menerjunkan motivator ketahanan keluarga atau moteker. Ini sudah dilatih untuk mulai melakukan tahap penjangkauan. Melihat mana anak-anak yang berada pada situasi kerentanan. Ketika sudah dijangkau mulai dilakukan pembinaan," tutur Netty.

Ia menambahkan akan terus meningkatkan pemberdayaan perempuan. Sebagai Ketua Dekranasda pemberdayaan pemgrajin perempuan juga akan diutamakan. Termasuk juga pemberdayaan perempuan di kelompok PKK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement