Ahad 04 Dec 2016 16:02 WIB

Museum Merapi Miliki Patung 5 Relawan

Rep: Dyah Ratna Meta/ Red: Indira Rezkisari
Pengunjung mengamati koleksi perkakas rumah tangga yang terkena erupsi Gunung Merapi di Museum Gunung Merapi, Pakem, Sleman, Yogyakarta.
Foto: Antara
Pengunjung mengamati koleksi perkakas rumah tangga yang terkena erupsi Gunung Merapi di Museum Gunung Merapi, Pakem, Sleman, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Museum Merapi di Yogyakarta akan memiliki lima patung baru. Lima Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang meninggal saat mengevakuasi korban erupsi nantinya diabadikan dalam bentuk patung di museum tersebut.

Para pahlawan Tagana tersebut bernama Supriyadi, Ariyatno Prasetyo, Jupriyanto, Samiyo, dan Slamet Ngatiran. Patung dibuat untuk mengenang perjuangan mereka.

"Kelima anggota Tagana ini meninggal saat. mengevakuasi korban erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Mereka adalah relawan dan pejuang dalam penanganan erupsi Gunung Merapi," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Museum Gunung Merapi, Yogyakarta, Ahad, (4/12).

Semangat dan pengorbanan mereka menjadi penguat bagi yang hidup untuk terus berjuang. Juga menjadi penyemangat dan contoh bagi anggota Tagana yang lain.

"Pengorbanan yang dilakukan Tagana tak hanya meneteskan air mata dan keringat saja. Namun perjuangan mereka sampai tahap menyerahkan nyawa untuk membantu sesama manusia," ujar Khofifah.

Semoga, kata dia, semua amalan yang dikerjakan oleh lima pahlawan Tagana ini dicatat Allah sebagai amal soleh. Memudahkan mereka masuk ke dalam surga-Nya. "Semoga keluarga yang ditinggalkan bisa survive dan anak-anaknya bisa meneruskan pendidikan dengan baik."

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Adi Karyono mengatakan, para pahlawan Tagana patut diteladani pengorbanannya. Ini juga menjadi pelajaran  bagi relawan lain kalau setiap terjadi bencana selain memperhatikan keselamatan orang lain juga harus memperhatikan keselamatan dan keamanan diri relawan itu sendiri.

"Namun kita harus bangga dan menghormati jiwa kerelawanannya. Mereka rela mati demi membantu sesama."

Di tempat yang sama istri almarhum Ariyatno Prasetyo, Darwanti mengatakan, ia bangga dan bersyukur Ariyatno akhirnya diakui sebagai pahlawan dan diperhatikan pemerintah pengorbanannya. "Saya sekarang hanya berharap semoga anak yang ditinggalkan bisa bersekolah setinggi-tingginya. Bisa jadi anak yang pintar," katanya.

Ariyatno, terang dia, merupakan laki-laki yang baik. Ia tak pernah marah kepada anak dan istri.

"Ia rela berkorban buat anak istri, bahkan buat orang lain. Dia merupakan orang yang sangat peduli dengan sesamanya," ujar Darwanti.

Saat itu Ariyatno sedang menyelamatkan korban letusan Gunung Merapi di Glagah Harjo. Ia ada di tenda pengungsian untuk memastikan logistik aman.

Namun saat ia sedang di tenda pengungsian, tiba-tiba ada awan panas atau wedhus gembel meluncur dari Gunung Merapi. Ia tak bisa menyelamatkan diri dan akhirnya meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement