Kamis 24 Nov 2016 14:06 WIB

Presiden Jokowi Harus Usir Dubes Myanmar dari Indonesia

Sejumlah massa yang tergabung dalam Solidaritas Indonesia Untuk Kemanusiaan melakukan aksi solidaritas untuk Rohingya di Depan Dubes Myanmar, Jakarta, Jumat (29/5).  (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah massa yang tergabung dalam Solidaritas Indonesia Untuk Kemanusiaan melakukan aksi solidaritas untuk Rohingya di Depan Dubes Myanmar, Jakarta, Jumat (29/5). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat Advokasi Rohingya di Indonesia, Heri Aryanto menilai Presiden Joko Widodo seharusnya sudah menyatakan sikap tegasnya kepada Pemerintah Myanmar. Hal ini mengingat tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya di Myanmar sudah menuai kecaman dan keprihatinan dari masyarakat internasional, tak terkecuali masyarakat Indonesia.

"Kejahatan yang dilakukan terhadap Rohingya telah berlangsung lama. Rohingya telah diperlakukan tidak manusiawi selama berdekade-dekade lamanya, tetapi sengaja dibiarkan," kata Heri yang tergabung dalam SNH Advocacy Center dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (24/11).

Pemerintah Myanmar dan kelompok penduduk mayoritas Myanmar di bawah kendali Gerakan 969, dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas tragedi kemanusiaan ini. Mereka membunuh anak-anak Rohingya yang tak berdosa secara keji, begitupun perempuan dan laki-laki Rohingya dibunuh dengan cara biadab seperti hewan dan rumah-rumah mereka dihancurkan serta tempat ibadah mereka dimusnahkan.

"Ini bukan kejahatan biasa. Ini kejahatan genosida yang sistematis, namun kondisi ini sengaja dibiarkan untuk berbagai kepentingan," jelasnya.

Ia pun meminta kepada Presiden Jokowi untuk bersikap tegas mendukung langkah-langkah penyelesaian dan perlindungan terhadap etnis Rohingya sebagaimana sikap tegasnya mendukung bangsa Palestina. Jika Myanmar tidak bergeming, langkah terbaik dengan memulangkan Dubes Myanmar kembali ke negaranya.

"Kalau Presiden Jokowi tidak didengar, usir Dubes Myanmar dari Indonesia," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement