REPUBLIKA.CO.ID, CANGKUANG -- Gas elpiji subsidi 3 kg sudah satu pekan ini sulit ditemukan di Kabupaten Bandung. Warga tidak leluasa membeli gas di tingkat pengecer maupun agen. Jika pun ada, harganya relatif lebih mahal dibandingkan harga biasa.
Vera Azzahra (28), warga Kampung Cangkuang RT 4/RW 3, Desa Cangkuang, mengeluhkan sulitnya mencari gas melon sejak satu pekan terakhir. Sekalinya ditemukan harganya lebih mahal jadi Rp 21 ribu hingga Rp 23 ribu.
"Hampir semuanya (di pengecer) kosong. Banyak warga yang ngeluh. Padahal biasanya mudah cari gas," ujarnya di Cangkuang, Ahad (20/11).
Ia mengaku gas miliknya sudah habis terpakai sejak Sabtu (19/11) hingga sekarang. Bahkan, dia sudah mencari gas 3 kg ke daerah Nagrak, Tanjung dan Bojongkunci namun belum dapat.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dalam dan Luar Negeri di Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bandung, Ayi Koswara, mengakui gas 3 kg sering langka. Sebabnya, kebutuhan yang diperlukan warga dan jumlah gas yang dikirim tidak sebanding.
Ia menuturkan, pada 2015 kuota gas 3 kg untuk Kabupaten Bandung hanya 35 juta per tahun dan 2016 turun menjadi 30 juta lebih. Sementara kebutuhan gas pada 2015 di 31 kecamatan mencapai 56 juta lebih dan 2016 mencapai 100 juta. "Antara kebutuhan dan kuota sebenarnya tidak sebanding," ungkapnya.