Sabtu 19 Nov 2016 17:21 WIB

Mantan Ketum: HMI Berpotensi Ditunggangi

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Angga Indrawan
Massa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam merusak kawat berduri saat unjuk rasa 4 November di Jakarta, Jumat (4/11).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Massa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam merusak kawat berduri saat unjuk rasa 4 November di Jakarta, Jumat (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Mantan Ketua Umum Pengurus Besar HMI tahun 1981-1983 Ahmad Zakcy Siradj mengakui adanya potensi HMI ditunggangi oleh kelompok tertentu dalam aksi bela Islam jilid II pada 4 November lalu. Hal itu disampaikannya usai mengisi seminar empat konsensus kebangsaan di Pendopo Lama Tasikmalaya, Sabtu (19/11).

Anggota DPR komisi III itu menilai peluang adanya penunggang di tubuh HMI bisa saja terjadi. Apalagi muncul kelompok lain yang mengatasnamakan HMI yaitu Forum Silahturahmi Alumni HMI (FSA HMI). Padahal menurutnya berdasarkan AD/ART HMI, hanya dikenal dua organisasi di tubuh HMI yaitu PB HMI dan KAHMI. Adapun jika ada organisasi HMI di luar itu bisa disebut sebagai organisasi bodong.

"Selan HMI dan KAHMI itu tidak dikenal. Jadi kemungkinan ditunggangi ada, tapi saya kira harus ikut kelompok yang mainstream yaitu KAHMI dan HMI, jangan bkin kelompok HMI sendiri," katanya.

Di sisi lain, ia tidak mempermasalahkan jika ada pihak menuding HMI menjadi kambing hitam atas kericuhan yang terjadi saat unjuk rasa 4 November. Ia menekankan pada anggota HMI agar berjuang sesuai garis yang dipercayai.

"Soal kambing hitam itu pandangan orang, kalau ada risiko ya harus diterima. Kalau memang garis perjuangannya seperti itu yang ditempuh maka itu yang harus diyakini," ujarnya.

Diketahui, sempat ada penangkapan terhadap empat anggota HMI atas nama Ismail Ibrahim, Rahmat Muni, Romadhon Reubun dan Muhammad Rizki Berkat. Setelah sebelas hari berada dalam sel tahanan Polda Metro Jaya, mereka akhirnya dilepaskan usai penangguhan penahanan dikabulkan Kepolisian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement