Sabtu 05 Nov 2016 23:18 WIB

Kayu Bakar Masih Menjadi Andalan di Dapur Warga Gunung Kidul

Warga memasak menggunakan kayu bakar di rumahnya. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Warga memasak menggunakan kayu bakar di rumahnya. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebesar 66,52 persen rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk kegiatan memasak di rumah tangganya. "Dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tercatat masih banyak rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk kegiatan dapurnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristianto dalam survei Statistik Lingkungan Hidup 2015/2016, di Yogyakarta, Sabtu.

Sementara itu, Kabupaten Kulonprogo berada di urutan kedua daerah tertinggi kedua yang rumah tangganya masih menggunakan kayu bakar. Angkanya masih bercokol di 50,97 persen. "Padahal, kenyamanan tempat tinggal sangat erat hubungannya dengan penggunaan bahan bakar untuk memasak," komentar Bambang.

Bahan bakar yang bebas dari polusi udara akan mendukung meningkatan derajat kesehatan bagi penghuninya. Bambang mengatakan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peningkatan kesehatan dan pelestarian lingkungan hidup menjadi salah satu penyebab banyaknya keluarga yang beralih menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak.

Secara berturut-turut, daerah yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak adalah Kabupaten Bantul 25,14 persen, Kabupaten Sleman 12,48 persen, dan Kota Yogyakarta 1,07 persen.

Dihubungi secara terpisah, Pengamat Kebijakan Publik Bidang Kesejahteraan Rakyat dari Universitas Indonesia (UI) Sri Handiman mengatakan faktor ekonomi memengaruhi tingkat penggunaan kayu sebagai bahan bakar memasak pada rumah tangga. Kesulitan ekonomi membuat masyarakat tidak mampu membeli tabung dan gas elpiji untuk memasak.

Selain itu, faktor kebiasaan masyarakat yang enggan untuk beralih dari penggunaan kayu bakar menjadi gas juga turut andil dalam hal ini. Demikian juga dengan sulitnya akses masyarakat untuk membeli gas di daerah sekitarnya."Kemungkinan terbesarnya adalah masyarakat tidak terbiasa dan enggan untuk menggunakan gas dan tabung gas atau bisa juga karena masyarakat itu terlalu miskin," kata Bambang.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, Bambang menilai pemerintah perlu memberikan subsidi kepada masyarakat agar mampu beralih menggunakan gas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement