REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengaku menyesali sikap Presiden Joko Widodo yang tidak menunjukkan sikap sebagai pemimpin baik dalam menanggapi aksi damai 4 November kemarin.
Ia menjelaskan, sejatinya, aksi dilakukan dengan damai, bergembira dan simpatik sejak awal. Bahkan, dalam sejarah Indonesia tidak pernah ada aksi sebesar aksi kemarin dengan jumlah massa ratusan ribu, tetapi dilakukan dengan sangat tertib.
Kericuhan muncul karena tindakan provokator yang sengaja mau mencederai dan tidak senang dengan aksi damai yang dilakukan sejak Jumat siang tersebut. Hal ini semakin ditambah dengan sikap tidak simpatik dan abai yang ditunjukkan oleh Presiden Jokowi.
Menurutnya, saat diundang ke Istana beberapa waktu yang lalu, ia telah mengusulkan kepada presiden untuk menyampaikan komitmen terang secara langsung kepada publik terkait penanganan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama. Presiden harus meyakinkan publik bahwa proses hukum akan dilakukan secara adil dan berkeadilan.
Sehingga mampu memberikan kepastian dan menenangkan masyarakat yang berdemonstrasi. Namun sayangnya sampai demonstrasi paling besar dalam sejarah Indonesia tersebut terjadi, presiden Jokowi tidak kunjung mengeluarkan pernyataan terang yang bisa menenangkan publik. Bahkan dengan angkuh menolak menemui atau menerima perwakilan demonstran untuk berdialog.
Baca juga, Aa Gym: Sayang Sekali Jokowi tak Mau Temui Rakyatnya yang Terluka.
Sikap Joko Widodo tersebut memperkuat dugaan bahwa presiden menganggap remeh para demonstran . Bahkan secara simbolik cenderung ikut merendahkan para demonstran yang berniat baik ingin menyampaikan aspirasinya kepada presiden. "Sikap tersebut sangat mengecewakan," ujar Dahnil kepada Republika, sabtu (5/11).