REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- BPLHD Kabupaten Purwakarta, masih melakukan investigasi terkait dengan kasus keracunan yang mendera warga Kampung Ciroyom, Desa Cicadas, Kecamatan Babakan Cikao, pada Selasa (1/11) lalu. Instansi ini, belum berani menyimpulkan penyebab pasti yang membuat 42 warga keracunan itu.
Namun, dugaan sementara keracunan itu akibat gas asam sulfat yang bocor dari acid plant PT South Pacific Viscose tersebut. Kepala BPLHD Purwakarta, Nana Mulyana, mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih melakukan investigasi. Jadi belum ada hasil. Kemungkinan dua atau tiga hari kedepan, sudah ada hasil. Sehingga, bisa dilaporkan ke bupati dan khalayak.
"Kami masih investigasi," ujarnya, kepada Republika, Kamis (3/11).
Keracunan tersebut, mengakibatkan 42 warga dan pegawai pabrik mengalami pusing, mual dan muntah-muntah. Warga yang keracunan itu, mulai dari anak-anak sampai oranh dewasa. Bahkan, tujuh di antaranya harus di rujuk ke RS Siloam Purwakarta. Sampai saat ini, masih ada pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit swasta tersebut.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, pihaknya akan memanggil tiga perusahaan asing yang sering menyebabkan keracunan massal tersebut. Yakni, dua perusahaan asing asal India, masing-masing PT Indho Bharat Rayon dan PT Indhorama. Satu perusahaan lagi asal Austria, yakni PT South Pacific Viscose.
"Kasus keracunan ini, bukan kali pertama. Melainkan sudah sering," ujarnya.
Karena itu, pihaknya ingin ada penjelasan dari ketiga perusahaan itu. Termasuk, komitmen dalam mencari solusi jika terjadi kasus serupa. Pasalnya, setelah didatangi ke lapangan, banyak warga yang mengkritik soal tanggapan perusahaan jika terjadi kasus keracunan, seperti, penanganannya yang alakadarnya. Serta, kompensasinya juga tak memuaskan.
Karena itu, kata Dedi, perlu ada kejelasan. Sebab, bila terjadi hal negatif itu, warga Purwakarta yang dirugikan. Belum lagi, penyakit yang ditimbulkan akibat pencemaran lingkungan di sekitaran pabrik ini.
"Warga kami banyak yang terjangkit ISPA. Ini, harus diselaikan. Tak bisa diam saja," ujar Dedi.
Sementara itu, Coorporate Affair PT South Pacific Viscose, Hermawan Prio Utomo, mengaku, pihaknya meminta maaf atas insiden keracunan tersebut. Perusahaan yang memroduksi serat sintetis tersebut, sudah melakukan penanganan terhadap korban keracunan. Mereka dibawa ke klinik perusahaan. Serta yang parah, langsung dilarikan ke RS rujukan.
"Kami tempatkan mereka di ruangan VIP," ujarnya.
Terkait dengan kebocoran gas itu, Hermawan menolak untuk menjelaskannya. Namun yang pasti, pihaknya sudah berkoordinasi dengan BPLHD dan kepolisian serta DPRD. Bahkan, pihaknya siap dipanggil bupati untuk mencari solusi jika kasus serupa terjadi.
Menurut Hermawan, keracunan massal ini juga terjadi pada 2012 silam. Sebenarnya, selama empat tahun ini pihaknya terus melakukan perbaikan di internal perusahaan. Termasuk memasang filter-filter, alat penangkap gas hingga scrubber.
"Tapi, tetap saja masih ada kasus keracunan," jelasnya.